Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Amerika Memang Super Power, China Masih Jadi Ekor Naga, NKRI Masih Ditataran Egois Cakar-cakaran Sendiri"

30 Juli 2015   14:25 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:40 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="berita-unik-seru.blogspot.com"][/caption]

 

OPINI “Analisa EDAN” | (SPMC) Suhindro Wibisono

.

Pada kisaran Juli 2014, harga minyak mentah ada dikisaran lebih dikit dari US$ 100 per barel, lalu menjelang akhir Oktober 2014 harga minyak mentah sekitar US$ 87 per barel, dan sekarang ada "dikisaran" US$ 50 per barel, maaf kalau salah data, dan memang itu juga bukan gambaran angka yang tepat, hanya memberi gambaran sudah hampir setahun harga minyak mentah tidak mampu kembali ke harga kisaran US$ 100 per barel. Itu juga berarti “menyalahkan” banyak prediksi para analyst maupun para pengamat yang telah meramalkan harga minyak mentah itu sendiri. Awalnya mereka mengatakan karena krisis negara di TimTeng, ISIS, Yunani, Krisis Ekonomi Dunia, dan masih seabrek analisa, prediksi, dan alasan lainnya. Intinya penurunan harga adalah sementara. Melihat kenyataan saat ini, apakah boleh disimpulkan harga saat inilah standard harga minyak mentah era sekarang?

Dan saya tidak mengupas tentang mengapa pada era Presiden Jokowi justru harga BBM dinaikkan padahal harga minyak mentah dunia justru turun, karena saya sudah pernah mengupas tentang hal itu.

Yang ingin saya "obrak-abrik" adalah, kenapa harga minyak mentah tidak bisa naik lagi dikisaran US$ 100 per barel, kenapa? Mengingat kebutuhan BBM yang sangat besar oleh Indonesia karena produksi minyak dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan, sementara dari tahun ketahun kebutuhan akan BBM semakin banyak, penjualan mobil dan motor selalu fenomenal, sementara tidak pernah dengar mobil dan motor lama dinyatakan tidak berlaku lagi kecuali memang sudah tidak bisa digunakan. Pendirian pabrik-pabrik, juga pemerataan kebutuhan listrik diseluruh pelosok negeri, itu semua membutuhkan listrik, dan listrik dihasilkan juga dari BBM. Semoga banyak pembangkit listrik yang dibangun tidak pakai BBM, tapi energy yang lain. Dan logikanya banyak negara lain di dunia yang juga kebutuhan BBM-nya meningkat bukan?

Amerika dan China adalah dua negara raksasa yang wilayahnya juga sangat luas, dan sesungguhnya mereka juga punya sumber migas. Tapi karena Amerika paham bahwa minyak di perut bumi itu tidak bisa diperbaharui lagi, alias akan habis karena terus disedot, maka Amerika menggunakan strategi “tidak” menambang minyak diperut buminya. Begitu juga China, yang menurut prediksi saya, dia selalu mengekor Amerika, itulah sebab Amerika dan juga usahawannya yang ditunjang dengan teknologi yang dimiliki justru berburu minyak di negara-negara lain. Dia pikir akan jadi jawara di dunia setelah banyak negara kehabisan minyak lalu baru menambang minyak dari perut buminya sendiri. Sekali lagi China tidak perlu berpikir panjang, cukup mengekor saja, China juga tidak menambang minyak diperut buminya.

Belakangan ini Amerika mulai menambang minyak, China juga mengekor, jadilah produksi minyak dunia berlebih, OPEC juga tahu apa yang dipikir Amerika, maka merekapun juga tidak mau mengurangi produksinya, jadilah hukum ekonomi yang sudah sangat tradisional, supply vs demand, jadi harga minyak mentah tidak bisa mencapai “cepek” US$ lagi per barelnya!

Apa gerangan yang menyebabkan Amerika berubah haluan? Padahal keyakinannya sudah dipertahanan sekitar seabad, apakah mereka tidak takut anak cucunya tidak jadi hebat?

Amerika menyadari BBM (energi fosil) dimasa depan bukanlah energi terpenting lagi, nuklir, air, sinar matahari, angin, dll, adalah energi terpenting nanti , dan teknologi accu dan solar-cell adalah juga sarana penting penyimpan dan penyedia energi itu sendiri.

Apakah anda tidak pernah mendengar bahwa beberapa waktu yang lalu sudah ditemukan recharge battery HP hanya perlu waktu dikisaran 1 menit saja? Teknologi-teknologi semacam itulah yang mengubah pandangan dan pendirian Amerika. Coba bayangkan kalau suatu ketika nanti recharge accu mobil listrik hanya perlu waktu 10 menit atau kurang, lalu accu sebagai penyimpan energi berkapasitas berkali-kali lipat dari yang ada sekarang, apakah mobil-mobil masih butuh BBM lagi? Dan apakah itu tidak mungkin? Bukankah perkembangan teknologi komputer sudah memberikan kita gambaran lompatan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa? Masih ingatkah anda tentang peluncuran awal komputer XT, lalu sekarang sudah berapa juta kali lipat kecepatan komputer dan sarana penyimpan datanya?

Alloh memang luar biasa, ketika negara gurun pasir diberi karunia minyak bumi melimpah, lalu pada era yang akan datang juga memiliki energi dari sinar matahari yang melimpah. Dan itu semua berkat keingin tahuan manusia, yang juga diberikan oleh Alloh kepada umat manusia.

India telah membuat sekaligus dua kilang minyak yang luar biasa dengan cerdas dan timing yang tepat, juga dalam pemilihan lokasinya, anda bisa cari di google tentang itu supaya tidak semakin banyak yang ngomel karena artikel ini sudah sangat panjang, padahal India miskin sumber minyak bumi, tapi sekarang India menikmati hasilnya, ketika harga minyak mentah murah, itulah bonus lain diluar kalkulasi, mereka tinggal beli saja tidak perlu nyedot dari bumi yang memang tidak dimiliki, dan kilang minyaknya termasuk membantu India yang belum lama ini memperoleh predikat pertumbuhan ekonominya nomor satu di dunia, itu berarti melebihi China dan Amerika! Yang ingin saya sampaikan dengan memberikan ulasan tentang kilang minyak India adalah, agar Indonesia kalau ingin membuat kilang minyak harap meminta pendapat dengan melibatkan banyak ahli dari berbagai bidang ilmu untuk mempertimbangkan segala sesuatunya karena membuat kilang minyak memang tidak murah, kalau tidak salah ada dikisaran 10 milyar dolar, dan itu juga masih tergantung teknologi dan kapasitas dari kilang yang akan dibangun tersebut, plus kalkulasi area lahan serta sarana lainnya. Itu juga menjawab gosip kenapa minyak mentah kita diexport, lalu kita membeli minyak mentah dari negara lain untuk diproses pada kilang minyak yang ada di negeri ini, karena memang beberapa kilang kita tidak mampu mengolah minyak mentah kita sendiri. Jangan sampai hal-hal semacam itu terjadi lagi. Terutama sekali adalah menerka perkembangan teknologi yang ada, jangan pula jor-jor’an membuat kilang minyak sementara beberapa tahun kedepan juga sudah tidak butuh itu. Tapi juga perlu cepat supaya masih kebagian untungnya membuat kilang kalau memang masih dibutuhkan, karena prediksi saya kurang lebih 10 tahun lagi banyak sekali yang akan berubah tentang energi dengan kondisi saat ini. Maaf atas kengawuran analisa abal-abal saya, hanya mengutarakan uneg-uneg sebagai bukti catatan bahwa saya juga pernah menerka hal tersebut diatas. Wassallam. (SW, Rabu, 29 Juli 2015)

.

CATATAN TAMBAHAN:

Jika negara sedang menyiapkan (rencana) dan mendalami untuk pemanfaatan kelapa sawit sebagai elternatif lain energi fosil, menurut penerawangan ngawur saya justru kurang berwawasan masa depan. Kelapa sawit butuh lahan tanam, dan bukankah lahan itu akan selalu berkurang setiap tahunnya seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk? Matahari itu jelas paling murah karena gratis dari Gusti Alloh, juga angin untuk kincir. Jalan paling rasional masih menurut saya adalah mengirim anak-anak muda hebat yang idealis untuk belajar dengan biaya penuh dari negara ke Jerman atau Amerika untuk memperdalam teknologi solar cell atau accu, juga ke Belanda untuk memperdalam pemanfaatan teknologi kincir angin.

Memang ada alternatif lain pemanfaatan energi geothermal, tapi itu rasanya masih agak jauh dari jangkauan Indonesia, karena Amerika saja belum bisa memanfaatkan banyak energi geothermal itu, utamanya tentu saja karena biaya yang dibutuhkan amat sangat mahal, dan seandainya itupun bisa kita manfaatkan, tetap dibutuhkan accu canggih untuk flexibilitas tempat penyimpanan energi itu sendiri agar dapat digunakan pada alat transportasi misalnya.

Nuklir sudah lama direncanakan di negeri ini, tapi selalu mendapat penolakan dari rakyat, dan yang saya heran, para ahli nuklir kita tidak menjawab apa yang ditolak oleh rakyat, tapi hanya selalu ber promosi bahwa nuklir itu aman, padahal Jepang dan Rusia saja pernah mengalami musibah nuklir, dan itulah alasan utama rakyat menolak. Tapi seandainya untuk instalasi nuklir dipilih satu pulau yang kosong atau sedikit penduduknya agar murah biaya pemindahannya, sangat mungkin rakyat tidak akan begitu banyak menolak. Bukankah waktu itu rencananya pemerintah akan membuat PLTN di Semenanjung Muria (Jawa Tengah)? Bukankah Jawa Tengah itu padat penduduk? Kalau karena alasan biaya di pulau kosong sangat mahal menyiapkan infrastrukturnya, itu artinya negara memang belum mampu bukan? Jadi ya tidak perlu dipaksakan. (SW)

.

Sumber gambar:

berita-unik-seru.blogspot .com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun