Jadi apakah kesempatan emas ini akan disia-siakan? Bukankah sang Ketum justru bisa berperan sangat hebat untuk menangkis semua cegah-tangkal yang beredar saat ini, seperti misalnya: "Menugaskan sang satrio-piningit untuk di Capres-kan demi kemaslahatan yang lebih besar, demi Indonesia yang lebih baik, demi memenuhi keinginan rakyat yang tertangkap oleh partai." Karena dengan MENUGASKAN, bukankah itu berkonotasi sang satrio-piningit maju sebagai Capres bukan karena ingkar janji kampanye sebelumnya? Dan penyusunan kata-katanya dalam mengumumkan memang harus pas, dan sangat terukur, karena ini politik, terlalu berlebihan akan menimbulkan konotasi "seolah-olah sang presiden nantinya adalah boneka", atau jangan-jangan warning saya ini menerbitkan ide bagi mereka yang memang gemar menyerang, hak paten ya, jangan dicuri hehehehe ....
Yang mencemaskan adalah, diluaran sana ada suara-suara kalau sang Ketum tidak mencalonkan sang satrio-piningit saat ini, karena berpikir akan mencalonkan diri sendiri seandainya perolehan suara di Legislatif nantinya memungkinkan. Memang tidak mudah menyikapi gosip tersebut, itulah sebabnya, kalau memang tidak ingin mencalonkan diri sendiri, menurut pendapat saya, lebih banyak untungnya kalau diumumkan sekarang.
Dan kalau dipikir-pikir, sepertinya saya masih menaruh harapan pada detik-detik terakhir, memalukan diri sendiri saja, menyodorkan opini yang ternyata disesuaikan dengan keinginan hati. Tapi ....bukankah diluaran sana banyak yang lebih "heboh" dari yang saya opinikan kali ini? Walau masih juga saya tambahkan, bahwa kalau menang mayoritas pada pemilu Legislatif, akan lebih mudah menjalankan roda Pemerintahan. Rakyat tidak perlu kawatir akan munculnya diktator baru, karena rakyat dan mahasiswa pasti berani menentang kediktatoran terjadi dinegeri ini. Pasti saya sangat menjengkelkan bagi mereka yang tidak sepaham, silahkan membuat opini sendiri, dan kita tidak harus saling mencaci-maki bukan? (SPMC SW, Maret 2014)