Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Curhat Jokowi Kelelep BBM dan Kena Jebakan Batman APBN"

29 Agustus 2014   23:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:09 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelebihan uang extra yang 400 triliun tadi ditambah angggaran di APBN yang sudah dianggarkan, barulah digunakan memenuhi janji pembangunan infrastruktur, bantuan untuk Nelayan, Petani, Tol laut dan lain-lain. Saya yakin se-yakin-yakin-nya, kalau hal itu yang dilakukan, ditambah canggih meng-komunikasikan kepada rakyat, rasanya tidak ada alasan rakyat akan menolak harga BBM dinaikkan.

Tapi justru sangat tidak efektif kalau Pemerintahan berniat hanya menaikkan harga BBM tapi masih memberi subsidi. Karena ada banyak wacana yang mengatakan, sebaiknya harga BBM menjadi dikisaran 9000 rupiah saja per liter, atau juga ada yang mewacanakan subsidinya saja yang di-fix-kan diangka 2000 per liter, dan lain-lain. Kalau itu yang dilakukan, percayalah itu tetap saja memelihara "bara dalam sekam", selain jangan-jangan efek gejolak ekonominya (inflasi) tidak beda jika BBM langsung dilepas tanpa subsidi lagi. Jadi intinya stop subsidi BBM, karena dengan mencabut subsidi BBM, aparat keamanan juga dihilangkan pekerjaan menjaga penyelundupan, tidak menuduh terlibat lho ya. Maaf, sekali lagi jangan sampai menghilangkan subsidi BBM dengan cara cicilan, karena kalau itu dilakukan, efek ekonomi(inflasi)nya dan juga sosialisasinya akan merepotkan dan lebih merugikan. Yang terpenting lainnya adalah keseragaman harga BBM diseluruh pelosok Nusantara, juga dari Aceh sampai Papua.

Hitungan BBM yang disubsidi per tahun kurang lebih dikisaran 48 juta kilo liter, itu sama dengan 48 milyar liter, dan itupun masih diwacanakan "kurang", maka dalam waktu dekat akan segera menjadi 50 milyar liter mengingat penjualan kendaraan bermotor terus melaju dengan kencang. Apakah hal itu akan menjadi bencana? Tergantung dari mana sudut pandangnya, itulah sebabnya tidak pernah bosan saya mengatakan cabut subsidi-nya, karena hal itu sangat penting, penting untuk berpikir sebaliknya dari kata subsidi.

Pernahkah Anda berangan-angan bahwa banyak hal hebat yang bisa kita buat kalau itu dilakukan secara bersama-sama alias gotong-royong? Coba kita bayangkan, setelah harga BBM dilepas, lalu setahun kemudian kita minta sumbangan kepada rakyat pembeli BBM seratus rupiah saja perliternya, mungkin tidak terlalu terasa untuk pembelinya, paling hanya 300 rupiah untuk pengendara motor bebek yang biasanya mengisi 3 liter BBM, dan 3000 rupiah yang disumbangkan oleh pemilik mobil pribadi yang mengisi BBM biasanya ada dikisaran 30 liter, begitu seterusnya, apakah itu memberatkan? Rasanya kok tidak! Tapi kalau dikumpulkan selama 1 tahun, itu artinya 50 milyar liter X 100 rupiah, itu terkumpul 5 triliun rupiah. Bisa untuk membayar hutang LN Negara ini supaya cepat lunas. Atau kalau mau membuat Jembatan Selat Sunda, jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra sepanjang 29 KM dan waktu pengerjaan sekitar 10 tahun yang diperkirakan menelan biaya US$ 9 Billion atau kita anggap US$ 10 Billion, dikali kursnya 12 ribu = 120 Triliun rupiah. Bukankah jembatan tersebut bisa langsung dikerjakan tanpa harus menunggu uangnya terkumpul? Kekurangannya bisa saja dicarikan dari hal yang lainnya karena 10 tahun pengerjaan itu baru terkumpul 50 triliun. Bukan tidak mungkin kalau korupsi benar-benar dihukum mati pelakunya, rakyat juga rela harga BBM dinaikkan 250 rupiah supaya bisa membiayai pembuatan Jembatan Selat Sunda tersebut. Lebih “gila” lagi kalau seandainya setelah jembatan itu jadi, yang lewat tidak dipungut bayaran karena memang hasil swadaya sumbangan rakyat pembeli BBM. Dan kita juga masih bisa banyak berbuat “gila” lain yang akan segera mencengangkan Dunia, seperti misalnya membuat stadion sekelas Stadion Wembley – The Venue of Legends hanya dengan kumpulan uang Rp.100,- saja! Bukankah itu “Gila” yang membanggakan? Ayo kita laksanakan!

Pada intinya, banyak hal yang bisa kita lihat dari sudut positif, itulah sebab saya katakan kali ini justru kesempatan untuk Pak Jokowi, sangat beruntung kalau Pak SBY tidak mau menaikkan harga BBM, dan justru jangan ditekan-tekan untuk minta beliau menaikkan harga BBM. Kesempatan emas Pak Jokowi, hanya dibutuhkan keberanian, keberanian untuk berpihak kepada rakyat secara keseluruhan dan masuk akal. Tidak perlu Kartu Indonesia Sehat kalau itu berlaku untuk seluruh rakyat. Yang terpenting adalah jangan sampai salah memilih Mendagri, karena terbukti selama ini tidak berhasil mengidentifikasi seluruh Warga Negara Indonesia, padahal itulah kunci terpenting untuk menyejahterakan rakyat dan mengambil kebijaksanaan serta implementasinya supaya tidak amburadul, juga untuk kepentingan Pemilu dan lain-lain. Dan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) adalah keniscayaan bagi seluruh manusia Warga Negara Indonesia.

Karena ternyata BBM ini sangat penting, memilih menteri ESDM dan Menko Ekuin juga sangat penting, juga Direktur Pertamina. Sungguh kalau tidak ada korupsi Indonesia akan segera hebat! (SPMC. SW, Agustus 2014)

.
--------------
Catatan:
Waktu paling tepat untuk melepas subsidi BBM adalah awal Januari 2015 dimulai pukul 00:00, sehingga sudah ada kesempatan semua Menteri menguasai pos-nya masing-masing. Dan ada kesempatan segera persiapan membuat BUMN "Asuransi Rakyat Indonesia".
.
---------------
Link-link artikel terkait.
.
LAGI, MIMPI NYATA KE-SURGA!
(untuk ke-surga-pun ternyata butuh BBM)
.
http://t.co/s9blIa7LyR
.
------------------

Link Artikel dibawah ini juga mengutarakan "sosialisasi" sebelum menaikkan BBM.

.

MIMPI NYATA KE SURGA
.
http://t.co/Mkx2UgFC4W
.
------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun