[caption id="attachment_361914" align="aligncenter" width="606" caption="(image) news.liputan6.com"][/caption]
Kompasiana. Opsi Pilkada Tidak Langsung menang di sidang Paripurna DPR pada dini hari tadi, karena DPR mengakunya ejawantah rakyat, entah rakyat mana yang gembira menyambut kemenangan tersebut, sepertinya tidak nampak di pemberitaan-pemberitaan media, kecuali tentu saja tokoh-tokoh politik Koalisi Merah Putih (KMP) itu sendiri.
Dari Amerika, Pak SBY mengaku kecewa, entah apa maksudnya kalau di bandingkan dengan yang dilakukan Partai Demokrat walk out di sidang paripurna tersebut? Padahal banyak yang menganggap, walk out-nya Demokrat pasti dapat restu SBY? Berarti apakah memang itu strategi atau titahnya sudah tidak dituruti? Ketika Partai PDIP, PKB dan Hanura bersedia mengikuti usulan Demokrat, harusnya terjadi voting dua kali, yang pertama adalah memperjuangkan voting persetujuan usulan dari Partai Demokrat untuk bisa diterima di sidang paripurna tersebut, tapi anehnya justru balik badan dan meninggalkan sidang. Terlalu jelas terbaca bahwa itu menimbulkan persepsi Demokrat justru kaget ketika mendapat dukungan, masuk akal yang dikatakan tokoh dari PDIP menanggapi keluarnya partai Demokrat dari sidang Paripurna.
Ketua harian Partai Demokrat Syarief Hasan justru sangat lucu ketika beralibi usulan Partai Demokrat tidak disetujui tanpa bermaksud memperjuangkannya, juga mengatakan Ketua Sidang sudah mengetuk palu yang sempat membuat sidang paripurna "meriah" itu. Kok seperti kekanak-kanakan gitu, dan kenapa anggota DPR dari Demokrat tidak ikut protes tentang hal itu? Atau saya kurang cermat melihat?
RUU tentang Pilkada tersebut konon ceritanya sudah dibahas di DPR hampir 3 tahun, tidak perlu dibahas lagi tentang balik kanannya semua partai yang tadinya menolak setelah kekalahan Pilpres. Yang jadi pertanyaan rakyat yang merasa hak-nya dirampas, RUU tersebut adalah usulan dari Pemerintah dan itu berarti kepanjangan tangan dari Demokrat. Jadi sebetulnya Demokrat justru tetap konsisten, konsisten mendukung secara lihai kembali ke RUU hasil usulan Pemerintahannya bukan? Sungguh luar biasa ya, menang tanpa melakukan apapun juga? "Salut atas ke-lihai-annya."
Hasil voting yang memenangkan opsi Pilkada oleh DPRD adalah 226 berbanding 135 yang memilih Pilkada Langsung. Sebelum dimulai voting, seharusnya sudah sangat jelas akan kalah, dan terus terang saya juga tidak paham kenapa itu dibiarkan tetap berlangsung oleh PDIP? Rasanya itu adalah hitungan sederhana bukan?
Berpolitik memang harus lihai, dan cepat mengkalkulasi, kalau sudah tahu pasti kalah, setidaknya jangan biarkan lawan menikmati kemenangan dengan mudah, syukur kalau bisa buat lawan tidak jadi menang. Ketika Demokrat walk out, dan Mbak Puan minta waktu 15 menit untuk koordinasi, dan terlihat juga berkoordinasi dengan Pramono Anung, saya justru mengharap hasil koordinasinya adalah mengajak PKB juga Hanura dan juga yang setuju dengan pilihan Pilkada Langsung untuk ikut walk out seperti yang dilakukan oleh Demokrat. Karena kalau semua pendukung walk out, berarti tersisa di sidang Paripurna adalah 226 anggota DPR yang setuju Pilkada oleh DPRD, lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sidang paripurna tersebut menjadi "kuorum" dan sah atau tidak? Bukankah lebih bagus "berpolemik" seperti itu dari pada sudah pasti kalah? Siapa tahu kalau dinyatakan tidak kuorum dan tidak sah, bahasan RUU Pilkada tersebut akan dilimpahkan ke DPR periode berikutnya? (SPMC SW September 2014)
.
Catatan:
Total Anggota DPR Periode ini adalah 560.
[caption id="attachment_361915" align="aligncenter" width="463" caption="(image) www.portalkbr.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H