Dewasa ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan problem yang kian rumit. Di saat terdapat pilihan menegakkan hukum secara tegas atau mempertahankan jasa pahlawan yang kian terlupakan hadirlah polemik baru yang cukup memalukan. Ya, belakangan ini cukup mengkhawatirkan.
Jika dahulu pada tahun 2000-an menyanyikan lagu hymne guru merupakan prosesi penghormatan bagi guru-guru, mungkin zaman sekarang makna itu mulai menghilang karena hukum telah mengikis hak-hak guru untuk dipuji dan dihormati.
Sebenarnya hukum tidak sejahat itu tapi masyarakat yang terlalu kaku membuat hukum ini meniadakan hak "penghormatan" kepada guru.
Masih hangat rasanya kasus dimana guru SMA dianiaya muridnya hingga tewas di daerah Sampang dan juga dari Guru Sekolah Dasar yang  dipenjarakan karena memberikan hukuman pada murid SD yang mengganggu teman-temannya saat belajar sholat.
Ada apa gerangan dengan negara kita ini?
Bukankah kata Soekarno bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya? Bukankah guru itu adalah pahlawan ? Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, setiap 25 November diperingati sebagai Hari guru Nasional.
Apakah mungkin mental dan fisik generasi bangsa sekarang ini semakin lemah atau justru hukum kita memang yang kian mudah dimanfaatkan sebagai senjata untuk memenjarakan orang baik?
Rasanya kasus memenjarakan guru ini tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang sederhana. Ini adalah sebuah kecelakaan dalam regenerasi keluarga. Bagaimana mungkin orang tua tega menunjukkan kepada anaknya betapa bangganya mereka memenjarakan guru yang merupakan pahlawan pendidikan?
Apakah tidak berpikir bahwa ke depannya anak yang dilindungi berlebihan itu akan terbiasa dengan "kemanjaan" yang dihadiahkan orang tuanya ? Hingga mungkin saja kedepannya anaknya akan lebih sering memenjarakan orang daripada belajar menerima kesalahan.
Saya masih teringat ketika tahun 2000an orang tua menitipkan kami kepada guru untuk dididik sekeras mungkin agar tidak menjadi generasi nakal yang membangkang. Dahulu orang tua kami tidak keberatan ketika ada bumbu kecil berupa kekerasan yang tidak berdampak besar bagi fisik kami.Â
Semua itu demi pembentukan karakter dan sopan santun. Penciptaan rasa takut siswa kepada guru itu penting agar rasa hormat dan segan itu ada. Karena memang faktanya jarak umur antara guru dan muridnya itu sangat jauh. Tidak Ahsan rasanya jika anak SD sudah berani melawan Gurunya sendiri, apalagi nanti kalau sudah lulus SD.
Zaman sekarang ini orang tua bukan hanya mendidik anak-anaknya dengan informal di rumah melainkan sudah terlalu mengintervensi pendidikan anak-anaknya di sekolah formal. Mereka seolah tidak menerima perlakuan tegas terhadap anak-anak mereka. Sehingga sedikit saja anaknya mendapat perlakuakn "kasar" maka hukum positif pun berbicara, penjara akan senang sekali menyambut sang guru karena pasal kekerasan terhadap anak.
Apakah anak SD zaman sekarang perlu kita bela berlebihan disaat kondisi bangsa zaman sekarang sedang mengalami degradasi moral?
Globalisasi menciptakan wajah seram bagi penerus bangsa kita saat ini. Fenomena pacaran sejak dini, gadget mencuri posisi mainan tradisional dan perlawanan terhadap guru sendiri nampaknya harus dibahas lebih srius. Jangan sampai anak SD sudah terbiasa dimanja hingga dia tumbuh jadi generasi yang gemar melawan gurunya. SD saja sudah berani, bagaimana kalau SMA?Â
Ada kasus murid SMA membunuh guru, kasus ini sungguh mengerikan, bagaimana mungkin anak sekolahan yang diberi asupan ilmu malah jadi murdi durhaka ? Terus ada juga kasus Mahasiswa menggorok leher dosennya di bagian Barat Indonesia, saat kasus ini terjadi kepala burung garudapun ikut geleng-geleng kepala.
Apakah kasus-kasus seperti ini masuk dalam deretan keberhasilan globalisasi karena berhasil menurunkan kadar moral generasi? jika globalisasi merupakan pertanda kemunduran moral  maka nantikanlah bangsa ini akan menuju pada fase mengerikan sepanjang sejarah yaitu jahiliah modern. Jahiliyah modern adalah kondisi dimana Degradasi moral dan pembangunan negeri saling berdampingan sehingga menciptakan wajah peradaban yang mengerikan.
Jadi, apakah kita ingin bangsa kita menuju kepada fase jahilyah modern?
Jika tidak, maka awasilah anak-anak, adik-adik, keluarga-keluarga anda, barangkali ada yang senang memenjarakan guru karena hal sepele.
Link baca:
brilio.net
idntimes.com
okezone.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H