Natal merupakan peristiwa kenangan akan kelahiran Yesus di kandang hewan. Mungkin ada yang bertanya, kenapa Yesus hadir dan lahir di kandang hewan dan bukan di penginapan yang megah? Jawaban sederhananya adalah karena saat itu tidak ada hotel-hotel megah, rumah sakit yang bertingkat, dan penginapan-penginapan mewah lainnya.
Namun lebih daripada itu, Allah sebetulnya mau merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan manusia. Ia menanggalkan kemegahan dan kemuliaan-Nya untuk hidup seperti manusia. Allah sungguh-sungguh mengasihi manusia.
Agar kasih Allah itu dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia, maka satu-satunya cara Allah, yakni Ia harus menjadi manusia dan berbahasa seperti bahasa yang dipakai manusia. Karenanya, Ia rela lahir di kandang hewan yang sangat bau dan menjijikan.
Selain sebagai perayaan kenangan, Natal juga bisa dimaknai perayaan keberpihakan Allah. Maksudnya, Allah yang menjadi manusia (inkarnasi) berpihak pada orang-orang kecil yang tidak diperhatikan oleh orang-orang kaya dan pemerintah yang lalim saat itu. Keberpihakan Allah pada orang-orang miskin dan terpinggirkan, merupakan bukti bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai manusia tanpa pandang bulu.
Pertanyaan refleksinya adalah apakah kita juga sungguh-sungguh mencintai Allah? Di sinilah letak persoalannya. Semua orang bisa saja mengatakan dengan tegas dan lantang bahwa dirinya sangat mencintai Allah tanpa batas. Namun, tidak demikian realitanya.
Banyak orang yang merasa segalanya sudah terpenuhi secara jasmani lalu lupa untuk berterima kasih. Lupa untuk berbagi. Lupa untuk bersolider dengan orang-orang yang membutuhkan perhatian. Padahal, bukti bahwa kita mencintai Allah adalah dengan mencintai sesama. Mencintai di sini tidak hanya dengan retorika dan kata-kata hampa melainkan melalui tindakan nyata.
Makna Natal dalam kehidupan sehari-hari
Sekurang-kurangnya ada dua makna Natal dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Pertama, melakukan pekerjaan apa yang bukan merupakan pekerjaan kita. Natal itu akan bermakna jika kita rela berubah untuk mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi kewajiban dan tugas kita.
Misalnya, para pekerja di perkantoran mengepel lantai kantor yang sudah kotor. Dalam hal ini, tugas mengepel merupakan tanggungjawab cleaning service di kantor tersebut. Tetapi, kita rela melakukan pekerjaan tersebut karena cleaning service belum sempat mbersihkannya.