Sikap antroposentrik yang memandang bahwa manusialah pusat dan spesies paling penting di dunia ini, terlalu berbahaya dan harus segera dirubah jika mau agar supaya bumi ini tetap menjadi tempat yang nyaman untuk mementaskan kehidupan kita.
Karena realitanya, banyak masyarakat yang mati sia-sia karena bencana banjir misalnya. Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia akhir-akhir ini, bukan karena tingginya curah hujan sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden Jokowi. Akan tetapi, banjir tersebut disebabkan oleh kerusakan hutan. Semuanya itu terjadi kerena kejahatan manusia semata.
Banyak orang, terutama kaum-kaum kapitalis yang mengeksploitasi sumber daya alam di dalam perut bumi secara membabi buta yang justru menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Dan parahnya, negara semacam membiarkan semua kerusakan itu terjadi. Upaya untuk mengatasi semua kerusakan tersebut hanya diungkapkan ketika bencana banjir terjadi. Sedangkan, langkah konkret pasca bencana di lapangan hampir tak ada.
Dan masyarakat kecil yang tak mampu bersuara selalu menjadi korban atas semua kerusakan alam yang terjadi dinegeri ini. Ketika bencana datang dan mengancam keselamatan, mereka hanya bersikap pasrah saja. Seakan-akan mereka berjuang sendiri dan tak ada lagi yang mau peduli dengan nasib mereka.
Oleh sebab itu, marilah kita berbenah diri. Kita perlu mengubah cara pandang kita terhadap alam semesta serta segala isinya. Bahwa kita sangat tergantung pada alam. Alam menyediakan segalanya untuk kebahagiaan kita. Karena itu, perlakukan alam semesta ini dengan sebaik-baiknya sehingga alam semesta tetap bersahabat dengan kita. SEKIAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H