Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 270 daerah di Indonesia telah usai. Meskipun belum diumumkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) perihal siapa saja pemenang pilkada serentak 2020, tetapi berdasarkan hitung cepat (Quick Count), kita semua sudah mengetahui pasangan-pasangan calon (paslon) yang memenangi kostestasi Pilkada serentak kali ini.
Para pemenang tentu saja berbangga hati sambil menepuk dada bahwasannya perjuangan mereka akhirnya membawa mereka pada kemenangan. Sementara paslon-paslon yang kalah harusnya berjiwa besar untuk menerima kekalahan dan tak sungkan untuk memberikan ucapan selamat dan proficiat kepada kompetitornya yang menang. Sebab, kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Karena itu, janganlah berhenti berjuang. Masih ada pilkada  di masa-masa mendatang.
Politik bagi-bagi jatah dan dampaknya
Setelah Pilkada selesai, tugas pemimpin terpilih selanjutnya adalah membagi-bagi kue-kue kekuasaan kepada para tim sukses (timses) dan pihak-pihak yang selama kampanye berjuang sampe titik darah penghabisan untuk mencuri hati masyarakat pemilih. Hal ini memang sangat wajar dalam politik. Sebab, para pekerja patut mendapat upah. Para timses patut mendapat jatah kursi dari pemimpin-pemimpin yang terpilih.
Sekadar flash back, kita melihat pembagian kursi-kursi kekuasaan yang dilakukan Jokowi setelah memenangkan Pilpres 2019 yang lalu. Jokowi membagi kue-kue kekuasaan kepada partai-partai pengusung dan pendukung dalam Pilpres tersebut.
Dan hal itulah yang sangat tampak dan kental dari Kabinet Indonesia Maju ala Jokowi-Ma'ruf. Bahwa sebagian besar anggota kabinet adalah titipan-titipan partai koalisi yang berjuang dengan susah payah selama masa kampanye. Terlepas dari fakta bahwa banyak yang tidak berkompeten di bidangnya.
Dampak terburuk dari politik bagi-pagi jatah ini adalah bahwa pembangunan di daerah akan selalu stagnan alias berjalan di tempat. Masalah-masalah pokok yang terjadi di daerah seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan masalah-masalah lainnya yang diangkat dan didengungkan secara keras dan tegas selama kampanye, semacam tidak terurus.
Kenapa demikian? Ya, tentu karena pemimpin-pemimpin terpilih seringkali tidak menempatkan orang-orang yang tepat pada posisi yang tepat. Mereka mengangkat orang-orang yang tidak memiliki kapasitas dan integritas yang mumpuni.
Sehingga, jangan heran jika banyak daerah di seluruh Indonesia yang barangkali masih dikategorikan sebagai daerah yang tertinggal. Terutama daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa. Masih ada kesenjangan dan jurang yang begitu dalam antara orang-orang miskin dengan orang-orang kaya.
Selain karena rendahnya kapasitas dan integritas dari pemegang kekuasaan, kecendererungan untuk korup juga bisa menjadi faktor penyebab kenapa banyak daerah yang tidak mengalami perkembangan signifikan.