Minggu, 25 Oktober 2020 viral diberbagi media sosial terkait gambar seekor komodo yang mencoba menghalangi sebuah truk proyek yang akan melintas di salah satu lokasi wisata di Pulau Rinca-Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sekadar untuk diketahui bahwa Pulau Rinca termasuk salah satu dari 10 tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Untuk tujuan itu, maka sekarang diadakan pembangunan fasilitas secara besar-besaran sehingga pelayanan wisata semakin lebih mudah.
Gambar tersebut menimbulkan berbagai tanggapan yang berbeda-beda terutama di media sosial masyarakat NTT umumnya, khususnya masyarakat Manggarai. Bahkan menimbulkan perdebatan keras antara pendukung pembangunan fasilitas di kawasan tersebut dengan masyarakat yang menolak.
Dari kubu pendukung pembangunan, misalnya, mengatakan bahwa komodo tersebut mau melihat truk tersebut karena tidak pernah ada truk yang masuk ke kawasan tersebut selama ratusan tahun. Komodo merasa asing dengan bunyi truk lantas dia bergegas dan memantaunya.
Sementara kubu penolak pembangunan berkomentar bahwa komodo tersebut sedang marah karena keberadaan dan kehidupannya sedang terancam.
Penulis sendiri berada di barisan penolak pembangunan. Ada beberapa alasan kenapa saya harus menolak antara lain:
Pertama, kerusakan ekologi. Pembangunan toilet umum, kafe, pusat soufenir, dan fasilitas lainnya tentu saja merusakan kawasan konservasi tersebut. Segala biota yang hidup di dalam kawasan tersebut akan kehilangan tempat tinggal. Dan ruang gerak komodo juga akan semakin sempit.
Dalam konteks itu, penulis sangat setuju dengan komentar warganet bahwa komodo yang menghalangi truk proyek itu sedang marah. Komodo sangat terganggu dengan pembangunan tersebut.
Kalau komodo bisa bicara, barangkali mereka akan mengatakan seperti ini: