Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Prank Bingkisan Isi Sampah

3 Agustus 2020   16:33 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:43 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edo Putra dan rekannya membagikan bingkisan berisi sampah (Sumber: tribunnews.com)

Kemarin viral terkait seorang YouTuber, Edo Putra yang membuat prank bingkisan berisi sampah. Sebagaimana yang sudah diberitakan di banyak media bahwa Edo dan rekannya membagikan kantong plastik yang berisi sampah kepada dua orang ibu.

Banyak orang yang mengutuki tindakan yang dilakukan oleh Edo dan rekannya. Bahwasannya, apa yang mereka lakukan sangat tidak beradap. Apalagi tindakan pemberian sampah tersebut bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, hari dimana umat Muslim memperingati peristiwa kurban. Peristiwa di mana Nabi Ibrahim mengurbankan putranya, Ismail kepada Allah.

Saya tidak mengutuki atau menghujat Edo, seperti kebanyakan netizen yang menonton videonya di youtube. Hujatan dan makian hemat saya, tidak menyelesaikan masalah tersebut. Biarlah pihak berwenang atau polisi yang menanganinya.

Saya hanya menyayangkan tindakan penipuan yang mereka lakukan. Padahal, kita tahu bahwa kedua ibu yang menerima bingkisan tersebut sudah terlanjur senang. Namun, kesenangan tersebut dalam sekejab berubah menjadi kesedihan karena ternyata bingkisan tersebut berisi sampah. Sangat disayangkan, bukan?

Pakailah cara beradab jika ingin terkenal!

Satu-satunya motif utama pemberian bingkisan sampah tersebut adalah supaya Edo dan rekannya itu terkenal. Dan kanal youtubenya semakin banyak yang menonton. Sehingga kemudian mereka mendapat duit dari youtube.

Namun, cara yang mereka pakai bertentangan dengan etika pemberian yang seharusnya dipraktikan dalam kehidupan bermasyarakat. Etika pemberian yang saya maksudkan sangat sederhana, yakni: jika mau memberi sesuatu kepada orang lain, lakukanlah dengan cara yang baik dan beradab. Tidak dengan berbohong.

Sebab, semakin banyak kita memberi semakin banyak pula kita menerima. Sebaliknya, semakin sering kita berbohong, semakin sering pula kita akan dibohongin. Begitulah hukum alamnya.

Saya kira, banyak sekali masyarakat yang ingin terkenal tapi menggunakan cara yang salah selama ini. Kita tentu ingat beberapa waktu lalu, seorang mantan pastor yang ngakunya lulusan Vatikan S3. Dia berceramah tentang ajaran agama di depan banyak orang dan membohongi masyarakat dengan ceramah murahannya.

Atau pada bulan Mei lalu, YouTuber asal Bandung, Ferdian Paleka yang membagikan bingkisan yang berisi batu dan sampah kepada para perempuan atau transpuan yang berada di pinggir jalan kota Bandung. Masih banyak contoh lain yang kerap terjadi selama ini.

Pertanyaannya, apakah tidak ada cara lain supaya terkenal?

Saya kira di zaman serba canggih ini, dimana semua orang bisa mengakses internet, banyak sekali cara mudah yang dapat kita lakukan. Setidaknya, ada dua acara yang saya utarakan sebagai contoh, antara lain:

Pertama, anda bisa bernyanyi sambil bermain gitar, lalu diupload ke youtube. Yang terpenting konten youtubenya dibuat sedemikian menarik, sehingga banyak orang yang nonton, like dan subscribe. Namun sebelum itu, anda perlu berlatih dan terus berlatih untuk bernyanyi, agar orang yang menyaksikan dan mendengarnya pun terkagum-kagum dengan suara anda.

Kedua, jika anda suka menulis, buatlah blog pribadi yang menghasilkan duit. Di blog tersebut, anda dapat menulis pengalaman pribadi yang barangkali bisa menginspirasi banyak orang. Bisa juga membuat opini terkait politik, hukum, budaya dan tentang apapun yang sedang hangat diperbincangkan oleh kalayak.

Terpenting blog tersebut dibuat seindah mungkin, agar banyak yang tertarik untuk membacanya. Dan tulisannya berkualitas atau setidaknya dapat menambah wawasan pagi para pembaca.

Saya kira, masih banyak cara-cara lain yang bisa dilakukan. Misalnya membuat video lucu di youtube, berceramah, negelawak, berjoget dan apapun bentuknya. Yang paling penting adalah bahwa apa yang kita lakukan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.Tetapi sebaliknya, berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain yang menyaksikannya.

Jadi, kesimpulannya jelas. Menjadi terkenal tidak dengan membuat prank sampah seperti yang dilakukan oleh Edo dan rekannya. Menjadi terkenal tidak harus menjadi pejabat, politisi dan artis yang selalu menjadi sorotan masyarakat.

Kuncinya ada di tangan kita sendiri. Selama semangat untuk belajar tetap membara di dalam dada, maka cepat atau lambat, kita akan terkenal. Akan tetapi, terkenal saja, menurut saya tidak cukup. Terkenal mesti dibarengi dengan sikap untuk selalu mau berbagi dan berempati dengan mereka yang selalu membutuhkan perhatian. SEKIAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun