Bicara tentang remaja berarti bicara tentang mereka yang memiliki hasrat yang menggebu-gebu dalam mencari jati diri. Remaja adalah mereka yang ingin hidup dan dan bergaul secara bebas tanpa dikekang oleh orang tua.
Remaja bukan termasuk anak-anak, bukan pula termasuk orang dewasa. Bisa dikatakan bahwa remaja adala fase peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa.
Dalam proses peralihan ini terjadi banyak perubahan fisik, cara berpikir dan bertindak. Remaja yang saya maksudkan di sini adalah anak-anak yang berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Perubahan remaja bisa terarah pada hal-hal yang benar dan bisa juga terarah pada hal-hal yang tak benar/buruk. Perubahan yang baik dan benar terjadi jika mereka bisa mengenal dan mengontrol diri secara lebih baik. Remaja mesti mengenal kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Sebab, banyak persoalan yang muncul karena mereka tidak mengenal diri secara lebih baik.
Kelemahan sejatinya diubah menjadi kelebihan. Untuk itu, mereka harus belajar mengembangkan talenta atau bakat yang diminati. Mengembangkan bakat di bidang olah raga misalnya: futsal, basket, badminton, lari, dan tenis meja. Atau bakat dalam bidang musik dan seni suara contohnya: gitar, piano, organ, sasando, paduan suara, dan lain sebagainya.
Salah satu tempat yang paling strategis untuk pengembangkan bakat-bakat tersebut adalah ASRAMA.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. [1]
Di asrama biasanya terdapat banyak peraturan. Peraturan tersebut menuntut remaja untuk menjadi pribadi yang tangguh, mandiri dan terampil dalam berkreasi dan berinovasi. Dan barang siapa yang melanggarkan akan dijatuhi hukuman.
Hukumannya bermacam-macam, seperti membersihkan asrama selama satu bulan, berlutut di bawah panasanya terik matahari, dihajar pakai tali dan bahkan bisa dikeluarkan dari asrama manakala kedapatan memakai handphone atau melakukan pelanggaran berat.
Pengalaman Hidup Berasrama
Penulis pernah tinggal di asrama di Manggai-Flores selama 9 tahun. Di SMP 3 tahun, SMA 4 tahun, dan sebelum jadi mahasiwa di Jakarta selama 2 tahun.
Dalam kurun waktu tersebut, penulis sungguh menikmati pahit manisnya dan suka duka kehidupan berasrama.
Berikut contoh peraturan-peraturan dalam hidup berasrama:
Kedua, setiap Minggu Pertama dalam bulan, anak-anak asrama diberi kesempatan untuk mengunjungi keluarga. Ketiga, barang siapa yang melanggar peraturan, akan dijatuhi hukuman sesuai tingkat pelanggaran..
Peraturan tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara pembina asrama dengan anak-anak asrama. Tujuannya jelas, yakni demi kebaikan bersama (bonum commne).
Penulis memiliki kisah menarik dan unik selama tinggal di asrama.
Kisahnya demikian: saat tidur malam, penulis merokok bersama keempat teman kelas di toilet yang tidak terpakai. Sebelum merokok, kami bersepakat agar selama merokok tidak boleh berbicara biar nggak ketahuan sama romo pembina asrama.
Tapi, apa yang terjadi? Tiba-tiba salah satu kawan saya tertawa terbahak-bahak. Padahal tak ada yang melawak. Dan setelah diselidiki, ternyata kawan tersebut tertawa karena kentut secara tidak sadar hahaha
Karena itu, romo pembina asrama pun datang dan menyiksa kami. Romo menyuruh kami menghabiskan rokok satu selot. Sekali isap tiga batang. Dan tidak boleh dikeluarkan dari mulut sebelum tiga batang rokok habis diisap. Sungguh  sebuah penyiksaan kejam.
Namun, hukuman tersebut membawa perubahan total bagi kami berlima. Kami akhirnya berhenti merokok hingga tamat SMP. Kisahnya selesai.
Masih banyak kisah menarik lainnya yang ketika diceritakan kembali akan menjadi bahan perbincangangan hangat saat reuni bersama kawan-kawan lama.
Selama 9 tahun hidup di asrama, penulis mengalami banyak perubahan, baik dari segi fisik, cara pikir, maupun cara bertindak dan bertutur kata. Selain itu, hingga sekarang penulis bisa hidup secara mandiri tanpa harus mengemis meminta sesuatu pada orang tua.
Kenapa Remaja Milenial Harus Berasrama?
Banyak remaja milenial yang tidak bisa mengendalikan diri ketika berhadapan dengan tawaran dan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang justru merusak kehidupan mereka sendiri.
ROKOK misalnya. Remaja milenial menganggap bahwa merokok merupakan gaya hidup (life style). Itu  benar. Namun, dampak dari merokok sangat berbahaya. Remaja yang kecanduan merokok bisa jatuh pada kasus narkoba.
Menurut dokter spesialis anak subspesialis respilogi, Darmawan Budi Setyanto, merokok sejak muda bisa memicu kecanduan narkoba.
"Berbagai data dan penelitian telah membuktikan hubungan merokok dan narkoba. Artinya, sangat rentan anak-anak sejak dini yang mencoba merokok untuk jatuh ke narkoba" kata Darmawan (gaya.tempo.co, Jumat 19 Juni 2020). [2]
Selain merokok, ada sekelumit masalah lain yang seringkali dilakukan remaja milenial. Misalnya tawuran, seks bebas, pelecehan seksual, balap motor, perampokan, perjudian, dan lain sebagainya.
Persoalan-persoalan tersebut dapat diantisipasi jika remaja (SMP dan SMA) didorong untuk hidup dan tinggal di asrama. Asrama dengan segala peraturannya, memungkinkan mereka manjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, inovatif dan berkualitas.
Akhirnya, penulis mengajak para orang tua agar mendorong remaja untuk hidup di asrama, bukan di kosan. Kosan adalah ruang tumbuhnya kejahatan-kejahatan kemanusiaan. Sedang, asrama adalah tempat tumbuhnya nilai-nilai moral dan bakat-bakat yang tentunya berguna bagi remaja itu sendiri. Sekian dan terima kasih.
Salam hangat dari mantan anak asrama
Sumber :
[1] kbbi.web.id/asrama, diakses pada Minggu, 7 Juli 2020.
[2] gaya.tempo.co, diakses pada Minggu, 7 Juli 2020)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI