Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh Harian Lepas

Semoga Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kelangkaan Gas di Tangerang: Krisis yang Terus Berulang dan Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

3 Februari 2025   18:45 Diperbarui: 3 Februari 2025   18:04 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emak-emak Protes Buang Tabung Gas (Sumber:Beritasatu/Wahroni)

2. Sanksi Tegas bagi Penimbun dan Spekulan

Pemerintah harus memperketat regulasi dan memberikan hukuman berat bagi oknum yang terbukti menimbun atau mempermainkan harga gas. Tanpa efek jera, masalah ini akan terus berulang.

3. Diversifikasi Energi untuk Rumah Tangga

Ketergantungan terhadap gas elpiji harus dikurangi dengan menyediakan alternatif energi lain, seperti kompor induksi dengan subsidi listrik yang lebih merata.

4. Perbaikan Sistem Pengawasan

Dibutuhkan pengawasan ketat dari hulu ke hilir agar distribusi gas berjalan sesuai mekanisme yang telah ditetapkan. Jika perlu, libatkan masyarakat dalam sistem pelaporan yang lebih transparan.

  • Kesimpulan: Sampai Kapan Ini Akan Terjadi?

Kelangkaan gas di Tangerang adalah bukti nyata bahwa kebijakan energi masih menyisakan banyak celah. Selama distribusi masih dikuasai oleh segelintir pihak tanpa pengawasan ketat, masyarakat akan terus menjadi korban.

Pertanyaannya, apakah pemerintah akan benar-benar bertindak kali ini? Atau kita hanya akan menunggu siklus yang sama terulang kembali di tahun-tahun mendatang? Satu hal yang pasti: jika masalah ini terus dibiarkan, kepercayaan publik terhadap pemerintah dan 

sistem distribusi energi akan semakin tergerus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun