Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Menngamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Religiusitas Berbenturan dengan Materialisme

2 Februari 2025   21:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   21:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gurun Pasir (Sumber: https://unsplash.com/@coopery)

Masalahnya bukan pada kekayaan itu sendiri, melainkan pada pola pikir yang keliru: menganggap ibadah sebagai alat tukar untuk mendapatkan dunia.

Jika kita bersholawat hanya karena ingin kaya, lalu di mana letak ketulusan dalam beribadah? Jika ibadah berubah menjadi sekadar strategi mendapatkan kemewahan, apakah itu masih bisa disebut sebagai pengabdian kepada Allah?

Budaya Populer dan Distorsi Religiusitas

Fenomena "sholawatin aja" juga mencerminkan bagaimana agama kerap dikemas ulang dalam budaya populer. Media sosial penuh dengan video motivasi yang mengaitkan ibadah dengan kesuksesan finansial.

Tidak jarang kita mendengar kisah viral seperti: "Dia rajin sholawat, sekarang punya bisnis miliaran rupiah!" Narasi semacam ini memang menarik, tetapi berisiko menanamkan ekspektasi yang tidak realistis.

Pada akhirnya, kita harus bertanya: apakah benar sholawat adalah kunci utama kesuksesan mereka? Atau ada faktor lain yang lebih dominan, seperti kerja keras, jaringan, dan strategi bisnis yang baik?

Mengembalikan Makna Sholawat ke Jalurnya

Alih-alih menjadikan sholawat sebagai alat untuk mencapai ambisi duniawi, lebih baik kita mengembalikan maknanya kepada tujuan utamanya: sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Jika ingin sukses, jangan hanya "sholawatin aja." Perbaiki niat, tingkatkan usaha, dan jangan lupakan pentingnya ilmu serta kerja keras. Islam tidak menentang kekayaan, tetapi mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Kesimpulan: Jangan Transaksional dengan Tuhan

Kita hidup di era di mana segala sesuatu sering diukur dengan hasil instan. Namun, menjadikan ibadah sebagai alat transaksi adalah penyimpangan dari nilai-nilai Islam yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun