Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berhenti Ngopi, Kok LingLung?

19 Januari 2025   06:19 Diperbarui: 19 Januari 2025   06:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji Kopi (Photo by Jo Lanta on Unsplash)       

Kopi itu bukan cuma minuman biasa. Di balik hitam pekatnya, ada ritual pagi yang bikin hari terasa lebih hidup, teman setia saat lembur, bahkan alasan buat ngobrol bareng teman. Tapi, pernah nggak kebayang gimana jadinya kalau kita berhenti minum kopi? Buat sebagian orang, ini bukan hal sepele. Saya sendiri sempat merasa linglung, otak kayak nge-lag, bahkan gampang banget bad mood. Kenapa bisa begini? Yuk, kita bahas lebih dalam.

Awalnya, saya nggak pernah kepikiran untuk berhenti ngopi. Tapi semua berubah ketika lambung saya mulai "protes." Nyeri di perut yang muncul setelah minum kopi jadi peringatan serius. Dokter bilang, kondisi lambung saya udah nggak kuat lagi menerima asam dari kopi. Terpaksa, saya harus mengucapkan selamat tinggal pada kebiasaan ngopi yang sudah jadi bagian dari hidup saya bertahun-tahun.

Secara ilmiah, kopi tuh semacam "starter pack" buat otak. Kafein di dalamnya bekerja ngusir adenosin, zat yang bikin kita merasa lelah. Jadi, nggak heran kalau kopi bikin kita melek dan semangat. Masalahnya, tubuh jadi terbiasa sama kafein. Ketika saya berhenti ngopi, otak rasanya kayak lupa cara nyala. Tugas yang biasanya gampang malah terasa berat banget.

Yang menarik, kondisi ini ada istilahnya: "withdrawal caffeine syndrome." Menurut penelitian dari American Psychiatric Association, gejalanya bisa berupa sakit kepala, lemas, susah fokus, bahkan mood jelek. Saya ngalamin semuanya. Rasanya kayak kehilangan "bensin" buat berpikir. Ide-ide yang biasanya ngalir lancar tiba-tiba macet.

Tapi, berhenti ngopi itu bukan cuma soal fisik. Ada juga efek emosionalnya. Buat saya, kopi itu kayak "teman" yang selalu ada. Nggak ada kopi, pagi saya jadi terasa hambar. Proses bikin kopi, dari aroma yang semerbak sampai bunyi tetesan terakhir, semuanya bikin hati tenang. Jadi, waktu saya coba berhenti, rasanya ada yang hilang dari rutinitas harian.

Alasan buat berhenti ngopi bisa beda-beda. Ada yang mau hidup lebih sehat, ada yang pengen ngurangi ketergantungan, atau sekadar iseng mencoba tantangan baru. Saya sendiri pengen tahu, sejauh mana tubuh saya bisa bertahan tanpa "dukungan" kopi. Tapi ternyata, prosesnya jauh lebih susah dari yang saya bayangin.

Terus, gimana cara ngatasin fase sulit ini? Setelah coba-coba, saya nemu beberapa trik yang lumayan membantu. Pertama, ganti kopi dengan teh herbal. Memang nggak sekuat kopi, tapi teh punya efek menenangkan. Kedua, pastikan tidur cukup. Kalau tidur kita berkualitas, tubuh jadi lebih segar. Ketiga, olahraga ringan di pagi hari. Ternyata, aktivitas fisik bisa bantu ngusir rasa kantuk dan bikin pikiran lebih jernih.

Tapi jujur, sulit banget buat benar-benar lepas dari kopi. Dalam seminggu tanpa kopi, saya sadar kalau hubungan saya dengan kopi itu lebih dari sekadar soal kafein. Ini soal kenyamanan, kebiasaan, dan perasaan yang terhubung dengan secangkir kopi. Mungkin suatu saat saya bakal balik ngopi lagi, tapi kali ini saya akan menikmatinya dengan lebih sadar. Minum karena memang ingin, bukan sekadar butuh.

Berhenti ngopi itu perjuangan, apalagi buat yang udah ngegantungin hidup ke kopi setiap hari. Tapi, pengalaman ini ngajarin saya satu hal penting: kadang kita perlu berhenti sejenak buat benar-benar paham apa yang kita butuhin. Jadi, gimana? Berani coba berhenti ngopi, walau cuma seminggu? Kalau iya, siap-siap deh menghadapi hari-hari "kabur" yang mungkin bikin kamu makin paham soal hubungan kamu dengan kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun