Pariwisata Indonesia menghadapi ancaman serius akibat tindakan pemerasan terhadap wisatawan asing, yang mencoreng citra negara di mata dunia. Dengan hanya menarik 6 juta wisatawan pada 2023, Indonesia tertinggal jauh dibandingkan Thailand yang menerima 35 juta wisatawan. Potensi besar sektor ini, yang menyumbang 200 triliun rupiah per tahun, terancam oleh ulah oknum tidak bertanggung jawab. Untuk bangkit, Indonesia perlu memperbaiki perlindungan wisatawan, menindak tegas pelanggaran, dan membangun kembali kepercayaan internasional.
Indonesia, dengan segala keindahan alam dan kekayaan budayanya, memiliki potensi besar di sektor pariwisata. Namun, berbagai kendala dan tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab telah mengancam reputasi sektor ini di mata dunia. Kasus-kasus pemerasan terhadap wisatawan asing baru-baru ini menjadi perhatian internasional, mencoreng nama baik Indonesia sebagai destinasi ramah turis.Â
- Persaingan Regional yang Ketat
Pariwisata global adalah industri kompetitif. Di kawasan Asia Tenggara, negara-negara seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam telah berhasil membangun citra yang kuat sebagai destinasi utama. Thailand, misalnya, mencatat 35 juta wisatawan asing per tahun, jauh melampaui Indonesia yang hanya mencapai sekitar 6 juta wisatawan pada tahun 2023. Keberhasilan Thailand bukan tanpa alasan; mereka sangat menjaga pengalaman wisatawan dengan memberikan pelayanan yang profesional dan responsif terhadap kebutuhan turis.
Sementara itu, di Indonesia, sektor pariwisata sering kali harus berjalan sendiri tanpa dukungan yang signifikan dari pemerintah. Padahal, pariwisata menyumbang sekitar 200 triliun rupiah per tahun terhadap perekonomian Indonesia, angka yang sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara.
- Pemerasan: Ancaman Utama
Namun, potensi besar ini terancam oleh tindakan segelintir oknum yang menjadikan wisatawan sebagai sasaran pemerasan. Laporan mengenai wisatawan asing yang diperas oleh pihak-pihak tertentu di Indonesia telah menyebar hingga ke media internasional. Berita ini tidak hanya mencoreng nama Indonesia, tetapi juga membuat calon wisatawan berpikir dua kali sebelum memilih Indonesia sebagai destinasi liburan mereka.
Beberapa wisatawan melaporkan kasus pemerasan dengan nilai yang fantastis, mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah. Tindakan semacam ini jelas melukai kepercayaan wisatawan terhadap keamanan dan keramahan yang seharusnya menjadi identitas utama Indonesia. Ketakutan akan perlakuan serupa membuat banyak wisatawan asing enggan kembali atau bahkan menghindari Indonesia sepenuhnya.
- Dampak pada Citra dan Ekonomi
Citra negatif ini membawa dampak jangka panjang bagi sektor pariwisata Indonesia. Tidak hanya mengurangi jumlah wisatawan yang datang, tetapi juga menurunkan kepercayaan investor terhadap stabilitas dan keamanan berbisnis di Indonesia. Ketergantungan Indonesia pada devisa dari wisatawan asing membuat situasi ini semakin genting.
Thailand, sebagai pembanding, sangat menjaga citra pariwisata mereka. Ketika terjadi bencana atau insiden yang melibatkan wisatawan, pemerintah Thailand bergerak cepat memberikan bantuan dan memastikan keselamatan turis. Respons semacam ini membangun kepercayaan dan loyalitas wisatawan, sesuatu yang tampaknya masih menjadi PR besar bagi Indonesia.
- Harapan dan Solusi
Untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan, Indonesia perlu mengambil langkah tegas. Pemerintah harus menindak oknum-oknum yang melakukan pemerasan dan menciptakan sistem perlindungan yang efektif bagi wisatawan. Selain itu, membangun kembali citra positif melalui kampanye internasional dan meningkatkan profesionalisme dalam sektor pariwisata adalah hal yang mendesak.
Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi destinasi wisata utama di dunia. Namun, tanpa pengelolaan yang baik dan perlindungan terhadap wisatawan, potensi ini hanya akan menjadi angan-angan. Dengan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri, pariwisata Indonesia dapat bangkit dan bersaing di panggung internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H