Indonesia, dengan kekayaan alam dan budayanya, seharusnya menjadi magnet bagi wisatawan lokal. Namun, tampaknya ada strategi jitu yang berhasil membuat para pelancong enggan berkunjung: pungutan liar alias pungli. Siapa sangka, metode ini begitu efektif dalam menyulap keramaian menjadi kesunyian.
Pungli: Inovasi dalam Pariwisata
Mengapa repot-repot meningkatkan fasilitas atau layanan? Cukup tambahkan pungli di sana-sini, dan voila! Wisatawan pun kabur. Seperti yang terjadi di Air Terjun Tumpak Sewu, di mana pengunjung harus merogoh kocek hingga Rp150.000 akibat pungli.
Dampak Positif Pungli: Sepinya Tempat Wisata
Dengan adanya pungli, tempat wisata menjadi lebih sepi. Tak perlu lagi berdesakan atau antre panjang. Contohnya, Tebing Koja di Tangerang yang dulu viral kini lengang karena maraknya pungli.
Peran Pungli dalam Melestarikan Alam
Tanpa pengunjung, alam akan lebih terjaga. Tak ada lagi sampah berserakan atau kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Pungli secara tidak langsung berperan sebagai penjaga kelestarian alam.
Pungli: Solusi Mengatasi Over-Tourism
Over-tourism menjadi masalah di banyak destinasi. Namun, dengan pungli, jumlah wisatawan dapat ditekan. Lihat saja Gunung Pancar di Bogor yang kini sepi pengunjung karena pungli.
Mendorong Wisatawan untuk Berkreasi
Dengan adanya pungli, wisatawan terdorong untuk mencari alternatif hiburan lain yang lebih kreatif dan hemat biaya. Mungkin inilah saatnya bagi mereka untuk mengeksplorasi halaman belakang rumah sendiri.
Pungli: Tantangan bagi Petualang Sejati
Bagi para petualang sejati, pungli menambah sensasi tantangan tersendiri. Mampukah mereka menaklukkan birokrasi liar ini? Sebuah petualangan yang tak kalah seru dibanding mendaki gunung.
Kesimpulan
Pungli di tempat wisata ternyata membawa berbagai "manfaat" yang mungkin tak pernah kita sadari. Dari mengurangi keramaian hingga mendorong kreativitas wisatawan. Jadi, mari kita apresiasi peran pungli dalam "memajukan" pariwisata Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H