Minuman berenergi: Mengandung sekitar 25 gram gula per porsi, setara dengan 1,6 sendok makan.
Kopi botolan: Mengandung sekitar 19 gram gula per porsi, setara dengan 1,2 sendok makan.
Konsumsi minuman dengan kandungan gula tinggi secara berlebihan dapat menyebabkan asupan gula harian melebihi batas yang direkomendasikan, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes.
Bijak Menggunakan Gula, Kuncinya Ada pada Moderasi
Solusi dari dilema ini adalah bijak dalam penggunaan gula, baik itu gula alami maupun sintetis. Jangan terlalu cepat menyalahkan gula alami karena berlebihan mengonsumsinya jelas akan membawa dampak buruk. Pada akhirnya, yang menjadi biang kerok sebenarnya bukan gula itu sendiri, melainkan cara kita menggunakannya. Prinsip "segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik" tetap berlaku di sini.
Siapa yang Sebenarnya Harus Disalahkan?
Jadi, siapa yang salah? Apakah gula alami, pola pemakaian yang keliru, atau gula sintetis? Jawabannya terletak pada kesadaran kita sendiri. Tidak ada yang salah dengan gula jika digunakan secara wajar. Namun, jika kita membiarkan industri terus mendorong konsumsi pemanis sintetis tanpa edukasi yang jelas, masalah ini akan terus berlanjut.
Penutup: Bijak dalam Mengonsumsi, Hindari Propaganda Berlebih
Kesimpulannya, gula bukanlah musuh kita, melainkan pola konsumsi kita yang harus diperbaiki. Mari kita kembali ke dasar: konsumsi gula alami secukupnya, hindari berlebihan, dan waspadai gula sintetis. Kita tidak perlu menjadi korban propaganda atau tren yang tidak mendasar. Bijaklah dalam memilih dan mengonsumsi, karena sejatinya, tubuh kita dirancang untuk hidup selaras dengan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H