Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Salah Kaprah tentang Tuduhan Wahabi: Pemurnian Islam dan Realita yang Tidak Dipahami

14 Desember 2024   21:38 Diperbarui: 14 Desember 2024   21:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quran sebagai pedoman Source: Dalle 

Istilah "Wahabi" sering digunakan sebagai stigma terhadap kelompok atau individu yang ingin memurnikan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Tuduhan ini biasanya datang tanpa pemahaman mendalam tentang apa sebenarnya Wahabi atau siapa pendirinya, yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ironisnya, banyak yang hanya ikut-ikutan tanpa memahami sejarah atau tujuan ajaran ini.

Sejarah dan Tujuan Wahabi

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah ulama asal Najd yang hidup pada abad ke-18. Beliau berfokus pada ajakan kembali kepada Tauhid murni, memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan menjauhi berbagai bentuk kesyirikan serta bid'ah. Pemikirannya bukanlah ajaran baru, tetapi sebuah gerakan reformasi yang merujuk pada prinsip-prinsip Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Kolaborasi beliau dengan Muhammad bin Saud menjadi fondasi berdirinya Kerajaan Arab Saudi modern, yang turut menyebarkan pemikiran Wahabi ke seluruh dunia.

Meskipun sering dituduh ekstremis, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal sangat berhati-hati dalam menjatuhkan vonis kepada orang lain. Ia lebih mengutamakan pendidikan dan dakwah dibandingkan konflik atau pertikaian.

Tuduhan Tidak Berdasar

Banyak orang menyematkan label Wahabi kepada mereka yang berupaya menjalankan sunnah secara konsisten. Label ini seringkali digunakan untuk mendiskreditkan, meski tanpa dasar fakta. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa pihak yang gencar melabeli "Wahabi" adalah kelompok Syiah, yang memiliki sejarah panjang perbedaan teologis dengan Sunni.

Syiah, memiliki keyakinan dan praktik yang berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dalam konteks polemik ini, mereka sering mengkritik gerakan Wahabi yang dianggap bertentangan dengan doktrin mereka, sehingga tuduhan ini menjadi bagian dari persaingan ideologis dalam Islam.

Kurangnya Pemahaman

Mayoritas masyarakat yang menyebut "Wahabi" sebenarnya tidak memahami apa yang dimaksud. Mereka sekadar mengikuti arus opini tanpa memverifikasi fakta. Akibatnya, istilah ini menjadi senjata untuk menyerang mereka yang menyerukan kemurnian ajaran Islam. Padahal, jika ditelaah, ajakan ini tidak lebih dari upaya menjalankan agama sesuai tuntunan Rasulullah.

Kesimpulan

Sebagai Muslim, penting untuk memahami isu ini dengan bijak. Daripada melabeli tanpa dasar, alangkah baiknya mempelajari ajaran Islam secara mendalam. Menghormati sesama Muslim dengan cara tidak mudah menghakimi adalah bagian dari sunnah Rasulullah.

Menyematkan tuduhan "Wahabi" kepada orang yang berusaha memurnikan Islam adalah sebuah kesalahan besar. Sebaliknya, memahami sejarah dan tujuan dari dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab akan membuka mata bahwa inti ajarannya adalah kembali kepada Islam yang murni dan penuh cinta damai.

Artikel ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membuka ruang diskusi dan refleksi agar kita lebih arif dalam memahami perbedaan di antara umat Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun