Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Hari Guru Nasional: Perjuangan Menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Tengah Bayang Kriminalisasi

25 November 2024   11:35 Diperbarui: 25 November 2024   12:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Guru Nasional selalu menjadi momen untuk merenungkan peran besar para guru sebagai pembentuk generasi bangsa. Dalam ungkapan yang tak lekang oleh waktu, mereka disebut sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa." Namun, di masa sekarang, menjadi guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga bertahan di tengah berbagai tantangan, salah satunya adalah kriminalisasi terhadap profesi yang mestinya dihormati ini.

Mengajar di Tengah Ketakutan

Mengajar adalah seni mentransfer ilmu, nilai, dan karakter. Namun, di masa kini, ada beban yang sering membayangi para guru: ketakutan akan kriminalisasi. Kesalahan kecil, baik dalam mendisiplinkan siswa atau menjalankan tugas mengajar, bisa saja berujung pada laporan hukum. Dalam beberapa kasus, guru menghadapi tekanan dari orang tua siswa yang menganggap tindakan disipliner sebagai bentuk kekerasan, tanpa memahami konteks pendidikan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana bisa guru mendidik dengan penuh dedikasi jika selalu dihantui rasa takut? Di satu sisi, mereka dituntut untuk menjadi panutan, mendidik dengan cinta, dan menghadirkan solusi. Namun, di sisi lain, setiap langkah mereka seolah diawasi dengan lensa yang mencari kesalahan.

Dilema Guru di Masa Modern

Guru sering kali menjadi pelindung terakhir ketika anak-anak kehilangan bimbingan di rumah. Mereka mendidik bukan hanya soal akademik, tetapi juga membentuk karakter. Namun, kenyataannya, tak semua pihak memahami kompleksitas ini. Tidak sedikit orang tua yang melepaskan tanggung jawab pengasuhan kepada sekolah, berharap guru menjadi segalanya bagi anak-anak mereka.

Di sisi lain, sistem pendidikan yang birokratis kerap membebani guru dengan tumpukan administrasi yang menyita waktu. Alih-alih fokus pada pengajaran, mereka terpaksa berkutat dengan laporan-laporan yang sering kali tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Ini adalah dilema yang memperlihatkan bagaimana perjuangan guru hari ini lebih berat daripada yang dibayangkan.

Panggilan Hati di Tengah Kekacauan

Meski demikian, banyak guru yang tetap menjalani profesinya dengan penuh keikhlasan. Bagi mereka, menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan hati. Setiap kali seorang murid berhasil memahami pelajaran, tumbuh menjadi individu yang mandiri, atau bahkan kembali mengucapkan terima kasih setelah bertahun-tahun, di situlah letak kepuasan sejati seorang guru.

Namun, keikhlasan mereka tidak boleh terus-menerus dimanfaatkan tanpa perlindungan yang memadai. Pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat perlu bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman bagi para guru. Regulasi yang melindungi guru dari kriminalisasi yang tidak adil harus diperkuat, sehingga mereka bisa bekerja tanpa rasa takut.

Mengembalikan Kehormatan Guru

Refleksi Hari Guru Nasional seharusnya tidak hanya menjadi perayaan simbolis, tetapi juga momen untuk memikirkan ulang penghormatan kita terhadap profesi ini. Guru adalah penjaga masa depan bangsa. Mereka membutuhkan dukungan nyata, baik dari sisi hukum, fasilitas, hingga apresiasi yang tulus dari masyarakat.

Di tengah semua tantangan ini, para guru tetap berdiri kokoh. Mereka menginspirasi, menghidupkan mimpi, dan terus berjuang demi menciptakan generasi yang lebih baik. Sebagai masyarakat, tugas kita adalah memastikan mereka bisa melanjutkan perjuangan ini tanpa rasa takut, sehingga gelar "pahlawan tanpa tanda jasa" tidak hanya menjadi klise, tetapi benar-benar mencerminkan penghormatan yang layak mereka dapatkan.

Hari Guru Nasional bukan hanya milik mereka yang mengajar di depan kelas, tetapi juga milik kita semua yang pernah disentuh oleh dedikasi seorang guru. Mari bersama menjaga martabat profesi ini, karena di tangan mereka, masa depan kita digenggam erat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun