Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terkadang Kita Perlu Rehat Sejenak, Karena Belakangan Hidup Ini Lucu

24 November 2024   21:08 Diperbarui: 24 November 2024   21:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Tertawa (Pixels/Pixabay)

Ada momen-momen dalam hidup ketika segalanya terasa seperti sketsa komedi. Rencana matang yang kita buat, kerja keras yang kita lakukan, semua seperti ditertawakan oleh hidup dengan caranya yang absurd. Kita terlalu serius menjalani semuanya, lupa bahwa hidup punya agenda rahasia: membuat kita belajar, bahkan lewat hal-hal yang paling tidak masuk akal.

Di sinilah filosofi stoikisme menemukan tempatnya. Para filsuf Stoik seperti Marcus Aurelius dan Epictetus mengajarkan bahwa ada dua hal dalam hidup: yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Ketika listrik mati di pagi hari, payung rusak saat hujan, atau presentasi tertinggal di rumah, itu semua berada di luar kendali kita. Apa yang bisa kita kendalikan? Respon kita terhadap semua itu. Tertawa kecil, menghela napas, lalu melanjutkan langkah dengan hati yang lebih ringan.

Hidup ini memang lucu, dan dalam kelucuannya itu, ada pelajaran tentang penerimaan. Amor fati, mencintai takdir, adalah seni menerima segala hal yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk. Bukan sekadar menerima dengan pasrah, tetapi mencintai setiap bagiannya seperti itu memang ditulis untuk kita.

Bayangkan: hari burukmu yang penuh kejadian tak terduga mungkin adalah momen yang akan kamu ceritakan sambil tertawa di masa depan. Semua kekacauan itu, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih besar, mungkin hanyalah cara hidup mengingatkan kita untuk tidak terlalu kaku.

Ketika kita berhenti sejenak dan membiarkan hidup berjalan apa adanya, kita mulai memahami bahwa yang penting bukanlah apa yang terjadi, melainkan bagaimana kita memilih untuk menghadapinya. Rehat sejenak---duduk dengan secangkir kopi hitam pahit, mendengarkan hujan yang jatuh, atau sekadar membiarkan pikiran melayang---adalah bentuk perlawanan terhadap tekanan untuk terus berlari tanpa henti.

Hidup, dengan segala kelucuannya, justru menjadi lebih indah saat kita tidak memaksakan segalanya. Kita belajar melihat kejadian-kejadian aneh ini sebagai bagian dari harmoni besar yang disebut kehidupan. Filosofi stoikisme mengajak kita untuk tetap tenang di tengah kekacauan, sementara amor fati mengajarkan kita untuk mencintai kekacauan itu sendiri.

Jadi, kalau belakangan kamu merasa lelah dengan rutinitas dan tumpukan tanggung jawab, berhentilah sebentar. Resapi absurditas hidup ini, tertawakan kesialan kecil yang datang, dan terima semuanya dengan penuh cinta. Karena pada akhirnya, hidup tidak pernah meminta kita untuk mengontrol segalanya. Ia hanya ingin kita berjalan bersama dengannya, menikmati perjalanannya, dan tetap tersenyum di sepanjang jalan.

Rehatlah, terima, dan cintai. Hidup memang lucu, tapi di situlah keajaibannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun