Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indramayu Butuh Perubahan Nyata, Bukan Janji Manis Penguasa

24 November 2024   08:00 Diperbarui: 24 November 2024   08:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kabupaten Indramayu (website Pemerintah Indramayu/www.indramayukab.go.id)

Indramayu, sebuah kabupaten yang kaya dengan potensi alam dan budaya, telah lama terjebak dalam pusaran janji-janji manis yang jarang berbuah nyata. Dari sawah-sawah yang membentang hingga pesisir pantai yang menjanjikan, kabupaten ini seharusnya menjadi salah satu daerah unggulan di Jawa Barat. Namun, kenyataannya jauh dari ideal. Jalan-jalan rusak, pendidikan yang masih timpang, hingga kesenjangan ekonomi terus menjadi masalah klasik yang tak kunjung teratasi.

Kini, harapan masyarakat kembali disandarkan pada pemilihan bupati baru. Ada tiga calon yang maju, membawa visi dan misi masing-masing, lengkap dengan slogan yang menggema di baliho dan media sosial. Namun, alih-alih menyalakan harapan besar, masyarakat cenderung skeptis. Trauma akan janji-janji kosong masa lalu membuat warga lebih memilih bersikap realistis: yang penting lancar, jangan ada drama.

Janji Manis, Hasil Pahit

Selama bertahun-tahun, Indramayu seperti menjadi panggung besar bagi politisi yang pandai bersandiwara. Setiap kali kampanye, janji perubahan selalu diobral: pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi rakyat kecil. Namun, realisasi sering kali jauh dari harapan. Yang terlihat justru wajah-wajah penguasa yang berganti, tetapi pola yang sama terus berulang.

Rakyat Indramayu tidak butuh kata-kata manis. Mereka ingin aksi nyata. Jalan yang mulus untuk anak-anak mereka bersekolah, pasar yang hidup untuk mendukung pedagang kecil, dan lapangan pekerjaan untuk anak-anak muda yang terus bermimpi. Sayangnya, kepercayaan terhadap pemimpin mulai tergerus oleh kekecewaan yang berulang kali dirasakan.

Kepada Ketiga Calon, Ini Bukan Tentang Popularitas

Untuk ketiga calon bupati yang akan bertarung, masyarakat tidak berharap banyak. Popularitas di media sosial, strategi kampanye yang viral, atau janji-janji bombastis tidak lagi menarik perhatian mereka. Yang penting adalah bagaimana calon tersebut mampu menunjukkan komitmen nyata, bahkan sejak masa kampanye.

Satu pertanyaan besar yang harus mereka jawab: apa yang akan mereka lakukan untuk mengubah wajah Indramayu menjadi lebih baik? Bukan hanya dalam jangka pendek untuk memenuhi ekspektasi politik, tetapi juga untuk membangun pondasi kuat bagi generasi mendatang.

Pekerjaan rumah yang menumpuk ini membutuhkan lebih dari sekadar retorika. Mereka yang akhirnya terpilih harus menyadari bahwa Indramayu bukan sekadar batu loncatan politik, melainkan rumah bagi jutaan orang yang berhak mendapatkan kehidupan lebih baik.

Harapan Kecil: Semoga Semua Berjalan Lancar

Walaupun masyarakat tak lagi menaruh harapan besar, setidaknya ada doa tulus yang terucap: semoga pemilihan ini berjalan lancar. Tidak ada politik uang, tidak ada kecurangan, dan tidak ada konflik yang merugikan masyarakat.

Indramayu tidak membutuhkan pemimpin sempurna---hanya seseorang yang cukup peduli untuk bekerja keras dan mendengarkan kebutuhan rakyat.

Perubahan nyata memang butuh waktu, tetapi langkah kecil yang konsisten jauh lebih berarti dibandingkan janji besar tanpa arah. Bagi masyarakat Indramayu, inilah saatnya untuk mengawasi, mengingatkan, dan terus berjuang agar suara mereka tidak hanya menjadi angin lalu di tengah hiruk-pikuk politik. Indramayu butuh pemimpin yang bekerja, bukan hanya berbicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun