Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Judi Online: Saatnya Kita Berperang Melawan Ilusi yang Menghancurkan

21 November 2024   21:07 Diperbarui: 22 November 2024   07:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Judi (Pexels/Drew Rae)

Bayangkan ini: di balik layar ponsel Anda, hanya dengan beberapa klik, ada dunia yang menjanjikan kekayaan instan. Dunia itu memamerkan kemenangan besar, suara koin berdenting, dan gemerlap layar yang seolah berkata, "Ini giliranmu untuk menang!"

Namun, di balik janji manis itu, ada jurang yang siap menelan harapan, harta, bahkan masa depan Anda. Inilah realitas judi online-perangkap digital yang kini menjadi ancaman nyata bagi individu, keluarga, dan masyarakat.

Mengapa Judi Online Begitu Berbahaya?

Judi online bukan sekadar permainan. Ia adalah mesin manipulasi psikologis yang dirancang untuk membuat orang terus kembali, bahkan setelah berkali-kali kalah.

Setiap kali Anda menang-entah besar atau kecil-otak Anda melepaskan dopamin, hormon kebahagiaan yang membuat Anda merasa luar biasa.

Tetapi, ketika kekalahan datang (yang lebih sering terjadi), otak Anda tetap termotivasi untuk mencoba lagi, berharap "kemenangan berikutnya" akan menutupi semua kerugian.

Fenomena ini disebut intermittent reinforcement, sebuah pola penghargaan tidak teratur yang secara ilmiah terbukti membuat orang sulit berhenti.

Dan jangan lupa, platform judi online memanfaatkan semua trik untuk mempertahankan Anda-bonus harian, notifikasi menggoda, hingga tampilan penuh warna yang memikat. Anda tidak sedang bermain; Anda sedang dimanipulasi.

Kerusakan yang Tidak Kasat Mata

Dampak judi online tidak berhenti pada uang yang hilang. Ada kehancuran yang lebih dalam, sering kali tak terlihat:

Kesehatan Mental: Perasaan bersalah, malu, dan stres menghantui mereka yang kalah besar. Banyak yang akhirnya terjebak dalam depresi atau kecemasan akut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun