Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Persahabatan dan Ketidakpastian: Belajar Siap untuk Segala Kemungkinan

3 November 2024   08:05 Diperbarui: 3 November 2024   08:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan terburuk, bahkan dalam hubungan pertemanan yang sudah lama terjalin. Tidak ada hubungan yang sepenuhnya aman dari potensi konflik, perpisahan, atau perubahan. Meski terdengar pahit, terkadang hal-hal yang kita anggap akan bertahan selamanya bisa berubah seiring waktu--termasuk ikatan pertemanan.

Bertahun-tahun bersama tidak selalu menjamin kita akan tetap memiliki pemahaman atau tujuan yang sama. Mungkin saja, ada saat-saat di mana kita mendapati bahwa sahabat yang selama ini kita anggap seperti keluarga memiliki cara pandang atau jalan hidup yang berbeda. Di sinilah kemungkinan terburuk bisa hadir, dan itu bisa terasa seperti pukulan berat. Namun, mempersiapkan diri untuk menghadapi kenyataan semacam ini adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan mental kita.

Persahabatan sejati bukan berarti harus selalu berjalan tanpa konflik. Malahan, konflik dalam persahabatan kadang jadi cermin betapa berharganya hubungan itu. Tapi konflik ini juga jadi pengingat bahwa tidak semua bisa diselesaikan, dan tidak semua persahabatan harus dipertahankan apa pun risikonya. Ada kalanya, demi kesejahteraan diri, kita harus melepaskan.

Berpikir tentang kemungkinan buruk dalam persahabatan juga membantu kita lebih menghargai setiap momen dan usaha yang telah dilakukan bersama. Saat kita sadar bahwa mungkin saja persahabatan itu bisa hilang suatu saat nanti, justru di situlah kita belajar untuk menjaga dan memelihara hubungan itu dengan lebih tulus. Persiapan menghadapi yang terburuk membuat kita tidak terlalu terluka bila sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Kita lebih siap menerima, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan mungkin, lebih ikhlas bila akhirnya harus merelakan.

Mempertimbangkan kemungkinan terburuk juga membuat kita sadar akan pentingnya batasan. Terkadang, dalam sebuah persahabatan yang sudah lama, kita merasa seolah bisa melewati batas pribadi satu sama lain tanpa konsekuensi. Padahal, mempertahankan batasan adalah kunci untuk menjaga rasa saling menghormati. Dengan batasan, kita menghargai privasi satu sama lain, dan tidak menggantungkan seluruh emosi dan ekspektasi kita pada satu hubungan saja.

Pada akhirnya, meskipun persahabatan adalah salah satu hubungan terindah yang bisa kita miliki, hidup selalu dipenuhi dengan ketidakpastian. Sadar akan kemungkinan terburuk, termasuk dalam persahabatan yang sudah berlangsung bertahun-tahun, bukan berarti kita berharap hubungan itu akan berakhir. Sebaliknya, kita menyiapkan diri agar tidak terlalu terluka, dan mengingatkan diri untuk selalu menghargai momen bersama.

Yang paling penting, persahabatan tidak hanya soal berapa lama kita bersama, tapi juga bagaimana kita saling menguatkan dan bertumbuh. Jika akhirnya pertemanan itu harus berakhir atau berubah, kita tahu bahwa semua momen indah dan pelajaran yang didapat tetap berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun