Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa yang tak berharap apa-apa

Bergerak di literasi jalanan (Perpustakaan Jalanan) Bambu Pena Indramayu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kemerdekaan Indonesia: Refleksi Filosofis di Hari Kemerdekaan

17 Agustus 2024   16:50 Diperbarui: 17 Agustus 2024   16:50 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengibaran Bendera di atas Gunung (Pexels:Dion)

Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat Indonesia dengan bangga dan meriah merayakan hari kemerdekaan. Dari Sabang hingga Merauke, kita melihat bendera merah putih berkibar, dengar suara lantang menyanyikan lagu kebangsaan, dan menyaksikan berbagai perlombaan yang menggambarkan semangat persatuan. Namun, di balik semua kegembiraan ini, hari kemerdekaan bukan hanya tentang merayakan kebebasan dari penjajahan. Lebih dari itu, ini adalah saat yang tepat untuk merenung dan menggali makna filosofis dari kemerdekaan itu sendiri. Apa sebenarnya yang kita rayakan? Bagaimana kemerdekaan ini seharusnya dimaknai oleh setiap individu dan oleh bangsa kita secara keseluruhan?

Kemerdekaan Sebagai Kebebasan untuk Memilih

Pada level paling dasar, kemerdekaan sering diartikan sebagai kebebasan dari belenggu penjajahan, dari kekuasaan asing yang mengontrol nasib bangsa. Namun, secara filosofis, kebebasan memiliki makna yang jauh lebih luas. Kebebasan, menurut Jean-Paul Sartre, adalah inti dari eksistensi manusia. Dalam konteks ini, kemerdekaan tidak hanya berarti kebebasan fisik, tetapi juga kebebasan mental dan spiritual. Kemerdekaan adalah kebebasan untuk berpikir, berkreasi, dan menentukan jalan hidup kita sendiri. 

Bagi bangsa Indonesia, kemerdekaan memberi kita hak untuk memilih pemimpin kita, menentukan arah pembangunan negara, dan mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan kita. Namun, lebih dari itu, kemerdekaan memberi kita kebebasan untuk mengejar mimpi kita, mengembangkan potensi kita, dan menjadi manusia seutuhnya. Ini adalah kebebasan yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik, karena di dalamnya terkandung tanggung jawab yang besar.

Kebebasan yang Terikat oleh Tanggung Jawab

Dalam filsafat, kebebasan sering kali tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab. Immanuel Kant, salah satu filsuf besar dunia, menekankan bahwa kebebasan sejati hanya bisa dicapai ketika seseorang bertindak sesuai dengan prinsip moralitas. Dengan kata lain, kebebasan tanpa moralitas adalah kebebasan yang tidak bermakna. Dalam konteks Indonesia, ini berarti bahwa kebebasan yang kita peroleh melalui kemerdekaan harus digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Sebagai individu, kita memiliki tanggung jawab untuk menggunakan kebebasan kita tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan bersama. Ini berarti berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera. Kita harus memastikan bahwa kebebasan yang kita nikmati tidak merugikan orang lain atau menciptakan ketidakadilan. Sebagai bangsa, tanggung jawab kita adalah menjaga persatuan, menghormati perbedaan, dan memperjuangkan hak asasi setiap warga negara.

Mewujudkan Kemerdekaan Sebagai Kemandirian

Kemerdekaan juga berarti kemandirian. Mahatma Gandhi, seorang pemimpin dan filosof besar dari India, berbicara tentang konsep swadeshi, yaitu kemandirian sebagai bentuk tertinggi dari kebebasan. Dalam konteks Indonesia, kemandirian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari kemandirian ekonomi hingga kemandirian politik dan budaya. 

Sebagai bangsa yang merdeka, kita harus mampu berdiri di atas kaki kita sendiri, tidak bergantung pada bantuan atau intervensi asing. Ini berarti membangun ekonomi yang kuat dan mandiri, yang mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya dan berkontribusi pada kesejahteraan dunia. Ini juga berarti menjaga kedaulatan politik, membuat keputusan berdasarkan kepentingan nasional, dan tidak tunduk pada tekanan dari luar. Dalam hal budaya, kemandirian berarti mempertahankan identitas nasional kita, sambil tetap terbuka terhadap pengaruh positif dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun