Masjid Tidak Perlu CCTV, Karena Yang Jaga Tuhan Kita: Catatan dari Hilangnya Kotak Amal Masjid Kami
Oleh: Dr.-Ing. Suhendra (Pengamat Sosial, Budaya dan Teknologi Jerman, Permanent Resident di Eropa)
Beberapa hari lalu, sebuah kejadian kecil mengusik ketenangan kampung kami. Kotak amal milik masjid kami dicuri. Hebatnya, dicuri saat siang hari. Bukan hanya sekali, kejadian ini ternyata berulang di beberapa masjid sekitar. Saat pertemuan membahas hal ini, sebagian wajah-wajah pengurus masjid tampak terekam kegeraman. Sebagian sedih dan lainnya ada menyembul rasa belas kasihan.
Objek pencuri terekam CCTV kami. Sayangnya, CCTV yang terpasang di sudut-sudut masjid, meskipun sudah merekam baik, tidak memberikan jawaban siapa pencuri uang kotak amal masjid kami. Resolusi gambarnya buram, wajah pelaku hanya tampak seperti bayangan samar yang sulit dikenali. "Ini bukan CCTV, ini cuma pajangan," kelakar salah satu jamaah, meskipun nadanya getir.
Namun, situasi ini tidak berhenti di sana. Dalam rapat pengurus masjid, salah satu anggota mengusulkan pembaruan. "Kita harus beli CCTV baru! Minimal delapan titik, teknologi modern, resolusi tinggi, biar maling mana pun ketangkap dan kapok kita viralkan," serunya. Ide itu disambut dengan anggukan dari beberapa pengurus. Tapi tidak semua setuju. Seorang pengurus senior, Pak Hadi, dengan tenang menyela, "Untuk apa kita beli CCTV mahal, kalau masalah sebenarnya bukan di sana?"
CCTV atau Rasa Memiliki Tuhan?
Pak Hadi melanjutkan pendapatnya, yang kemudian menjadi bahan diskusi hangat. Menurutnya, fenomena pencurian kotak amal adalah sebuah tanda yang lebih dalam. Bukan hanya soal teknologi pengamanan yang ketinggalan zaman, tetapi soal bagaimana kita sebagai komunitas gagal menciptakan lingkungan di mana orang merasa cukup dan memiliki rasa takut kepada Tuhan. Toh kalaupun teknologi lebih modern kita pasang, kalau masalahnya ada di manusianya, maka manusia itu akan cari cara mengakali teknologi itu.
"Kalau kita beli CCTV baru, malingnya mungkin akan lebih canggih lagi. Mereka akan cari cara untuk tidak terekam CCTV modern kita. Satu orang dengan masalah yang sama sukses mengakali teknologi, akan dikader puluhan lainnya dengan berjamaah." Pak Hadi mencoba menguraikan idenya dengan tenang dan bijak.
"Tantangan kita adalah bagaimana manusia-manusia seperti pencuri kotak amal itu tidak pernah ada lagi dengan kesadaran sendiri. Sudah sejahtera dan sudah sadar bahwa Gusti Allah relevan dalam hidupnya. Kalau kita bisa membuat orang-orang sekitar merasa bahwa Tuhan itu relevan dalam hidup mereka, bahwa mencuri bukan solusi dari masalah mereka, mungkin kita tidak perlu CCTV lagi dan masjid kita juga tidak perlu dikunci seperti sekarang" tegas Pak Hadi membuat kesimpulan menyejukkan.
Pernyataan ini memicu perdebatan. Sebagian merasa bahwa solusi praktis, seperti CCTV modern, lebih cepat dan nyata. Tapi sebagian lain mulai berpikir: bagaimana sebenarnya kita bisa menghadirkan Tuhan dalam kehidupan saudara kita sebangsa?
Sikap Manusia Terhadap Tuhan