Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hilirisasi Logam Tanah Jarang: Langkah Menuju Kemandirian Ekonomi Nasional

31 Desember 2024   21:19 Diperbarui: 31 Desember 2024   21:19 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi logam tanah jarang untuk industri (Sumber: data riset pribadi) 

Selain itu, meskipun hilirisasi sumber daya mineral membawa peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi ancaman korupsi dapat merusak tujuan utama tersebut. Dugaan kasus korupsi senilai 271 triliun rupiah di sektor pertambangan menunjukkan bagaimana celah dalam pengelolaan sumber daya mineral dapat dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Transparansi dalam pengelolaan, pengawasan ketat, dan reformasi kebijakan menjadi langkah penting untuk memitigasi dampak negatif ini. Dengan penerapan sistem digital yang transparan dan penegakan hukum yang tegas, potensi hilirisasi dapat dimaksimalkan untuk kepentingan rakyat, tanpa dikotori oleh praktik korupsi.

Pelajaran bagi Indonesia

Situasi yang dihadapi Jerman seharusnya menjadi pelajaran bagi negara lain, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam logam tanah jarang dan bahan baku strategis lainnya, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan global. Namun, ini hanya dapat dicapai jika langkah-langkah strategis seperti penguatan industri hulu, pembangunan kapasitas hilirisasi, dan diversifikasi pasar dilakukan secara terencana dan konsisten.

Dengan memanfaatkan peluang ini, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan kemandirian ekonomi tetapi juga memainkan peran strategis dalam transisi hijau dan digital dunia. Keberlanjutan pasokan bahan baku adalah tantangan global, tetapi dengan langkah yang tepat, ini dapat menjadi peluang besar bagi negara-negara yang memiliki visi jangka panjang.

Penulis adalah konsultan industri dan dosen prodi teknik kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun