Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Baterai Kalsium, Alternatif Pengganti Baterai Litium

28 Februari 2024   10:41 Diperbarui: 1 Maret 2024   14:48 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baterai kalsium. Sumber karya pribadi tidak pernah dipublikasikan di manapun.

Penambangan litium dan logam lainnya yang dibutuhkan untuk baterai litium-ion, seperti kobalt dan nikel, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Ini termasuk penghancuran habitat, pencemaran sungai dan tanah oleh logam berat, dan pelepasan gas rumah kaca.

Bahan kimia dan logam berat yang digunakan dalam produksi baterai litium-ion dapat berbahaya bagi kesehatan. Pekerja di tambang dan pabrik mungkin terpapar zat berbahaya. Kobalt, yang sering digunakan dalam baterai litium-ion, berpotensi menyebabkan penyakit paru-paru pada pekerja yang menambang dan saat memprosesnya.

Penambangan bahan baku seperti kobalt juga menimbulkan  kritik dari sudut pandang etika, seperti misalkan di Kongo, di mana sebagian besar kobalt dunia berasal. Laporan tentang pekerjaan anak, kondisi kerja yang buruk, dan eksploitasi telah didokumentasikan di beberapa tambang kobalt.

Pada akhir siklus hidup produk, baterai litium-ion menjadi tantangan untuk mencemari lingkungan saat pembuangan karena mengandung logam berat dan bahan kimia. Daur ulangnya kompleks dan mahal, dan banyak baterai berakhir di tempat pembuangan sampah, yang dapat menyebabkan masalah lingkungan jangka panjang.

Masalah-masalah tersebut pada akhirnya mengarahkan akan pentingnya mengembangkan alternatif baterai yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta meningkatkan kemampuan daur ulang dan umur siklus teknologi baterai yang ada. Penelitian dan pengembangan di bidang ini sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif produksi baterai dan mendukung transisi ke masa depan energi yang lebih hijau dan etis.

Indonesia berambisi untuk tidak hanya menjadi eksportir bahan baku seperti Nikel dan Litium, tetapi juga untuk mengembangkan industri pengolahan dan pembuatan baterai ramah lingkungan di dalam negeri. Pemilihan teknologi selalu menimbulkan debat tentang bagaimana membangun industri yang kompetitif secara global, termasuk tantangan dalam teknologi, investasi, dan infrastruktur. 

Bila ingin memulai dari nol, maka tidak salah kita memulai dari titik di mana orang lain juga memulai, bukan dari titik di mana orang lain telah meninggalkannya.  

Yogyakarta, 28 Februari 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun