Mereka berkata kepada saya ‘Jadilah Kotak!’. Setiap pengulangan berarti juga naiknya intonasi. Semakin keras dan menjadi-jadi. Itu sangat berisik dari waktu kewaktu. Siapa sih yang suka diteriaki. Dan paling menyebalkan bahwa saya diminta menjadi kotak, tidak yang lain.
Mereka berkata kepada saya ‘Jadilah kotak’. Mungkin karena sudah terlanjur bosan saya pun bertanya prihal cara menjadi kotak itu. Mereka pun menempatkan saya diruang yang sisinya berbentuk kotak. Tapi bukannya terpengaruh atau adaptasi menjadi kotak, saya malah semakin tidak kotak. Bila sebelumnya saya nyaris menjadi poligon, dimasukkannya saya kedalam ruang kotak membuat saya justru melingkar. Ya, saya berbentuk lingkaran.
Mereka berkata kepada saya, Jadilah kotak. Tapi kini saya balik berteriak bahwa saya lingkaran. Mereka menuntut saya menjadi kotak bila ingin tetap hidup. Saya diam, ada bagian lain yang memaksa saya berada di ruang kotak. Saya pun mengalah dan diam, sementara. Hanya sementara sampai saya selesaikan bagian lain yang menarik saya dari dalam untuk tetap berada di ruang kotak.
Mereka melihat saya telah mulai berbentuk kotak. Baguslah kalau begitu. Saya pun belajar bagaimana merubah dri menjadi kotak. Semacam kamuflase yang saya pelajari di ruang menyebalkan ini. Tak masalah saya memakai baju kotak ini. Bila tiba waktu yang saya rencanakan, serta merta saya tinggal melepaskan jubah ini. Saat ini saya fokus, membentuk lingkaran-lingkaran kecil di sudut tertutup ruang ini. Biarlah kecil, sejatinya sebuah benih sedang saya semai.
Mereka merangkul saya dengan akrab. Akhirnya saya menjadi bagian dari kotak. Saya tersenyum saja. Saya pun sudah sangat muak dengan bentuk ini. Esok mereka akan sadar, sebagian besar ruang mereka telah berubah menjadi lingkaran, dan saya tidak lagi bersama mereka.Â
Mereka kaget bagaimana mungkin begitu banyak lingkaran. Mereka melirik dengan mata tajam. Tapi saya terbiasa mengabaikan itu. Saya telah hilang dengan kebebasan pilihan saya. Saya meninggalkan jejak yang akan membuat mereka berfikir untuk tidak memaksa semuanya menjadi kotak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H