Mohon tunggu...
Suhendra L. Hardi
Suhendra L. Hardi Mohon Tunggu... pendidik -

Bilai ketulusanmu tidak dihargai, balaslah ia dengan keikhlasan, lalu pergilah sejauh mungkin, tanpa pernah mengingat-ingat lagi |Menikmati Utopia Kehidupan|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hak Anak untuk Mendapat Kasih Sayang (Kompasiana Nangkring BKKBN Bengkulu)

26 Juni 2016   18:09 Diperbarui: 28 Juni 2016   13:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama BKKBN Bengkulu, kompasiana mengundang rekan Blogger Bengkulu di Grage Horizon untuk diskusi soal pembangunan kesehatan reproduksi dan mental remaja Indonesia. Terang saja ini adalah kisah lanjut dari kisah Yuyun dalam tragedi asusila dan pembunuhan beberapa waktu lalu. Bukan tanpa sebab pasti, karenaa setelah itu perhatian dunia lalu tersentak. Kita menemukan fakta lain, selain dari sudut pandang kriminal, faktor mendasar rupanya terletak dari keluarga. Keluarga adalah pondasi dasar pembangunan karakter anak, yang bila sejak kecil hak asuhnya tidak diberikan, maka pasti akan membentuk karakter negatif seperti penyimpangan sosial, tempramen, dan paket karakter lain. 

Ketika keluarga tidak berhasil memenuhi hak kasih sayang, sejak kecil anak merekam aktivitas dari perlakuan orang tuanya kepada mereka. Ketika Ibu tidak memenuhi kebutuhan asi, maka jangan heran bila kepekaan sosial anak tatkala dewasa akan tipis. Anak menjadi tempramen, menyendiri, dan individual. Ketika seorang ayah mengabaikan waktu untuk bermain bersama anak, maka anak akan mencari cara ain untuk menumbuhkembangkan karakternya. Karena ayah dalam keluarga  adalah dalam penentuan karakter anak. Hubungan antara ibu dan ayah adalah penentu paling penting bagi keberkembangan anak.  

Saya menemukan fakta yang menarik sepanjang aktivitas saya sebagai pendidik yang sering berinteraksi dengan berbagai jenis siswa dan guru dengan ragam latar belakang sekolah. Bahwa hubungan keluarga yang bermasalah berpengaruh sekali pada tahap tumbuh psikologi remaja anak. Bila ketika masih kanak kanak barangkali anak paling menonjol tampak pendiam dan anti sosial. Namun menginjak usia peralihan pehaman fase sekolah menengah, kondisi keluarga tersebut secara nyata menetapkan tumbuh kembang karakter anak. Pada usia sekolah menengah, anak dapat menentukan langkah apa yag akan mereka pilih secara berani. Mereka menentukan dengan siapa akan memilih teman yang itu juga akan menentukan warna dirinya. 

Maka disamping semua kasus yang terlampau banyak soal peran keluarga pada pembentukan karakter anak, nyatanya akarnya pada pemenuhan hak anak terhadap kasih sayang orang tua sejak kecil. Bila sejak kecil pemenuhan kebutuhan psikologis baik, InsyaaAllah itulah awal keterbukaan anak pada proses didikan keluarga. Keluarga memang terlihat kecil sebagai elemen sebuah bangsa, tetapi keluarga yang kondusif adalah penentu warna dan masa depan sebuah bangsa. Dari keluarga untuk dunia, dari asuhan orang tua untuk pemimpin peradaban bangsa. Salam kompasiana. 

Grage Horizon, Bengkulu, 26 Juni 2016 ; 18.09 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun