Mohon tunggu...
Suhendar winner
Suhendar winner Mohon Tunggu... Freelancer & Blogger -

Mahasiswa/Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Onani Penyakit Kronis Tersembunyi Kaum Laki-laki?

27 September 2017   08:45 Diperbarui: 27 September 2017   09:37 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya juga merasa tabu membahas soal ini. Karena kalau urusan "sex" orang cenderung tertutup dan malu-malu. Kebanyakan orang berpandangan bahwa sex sebagai sesuatu yang privet. Jadi gak usah dibicarakan di depan umum. Apalagi menyangkut aibnya. Bisa marah-marah kalau di sebar luaskan. Ya, siapa sih yang gak marah hehe. Malu nya kan minta ampun. Ups! Salah satu aktifitas yang dianggap buruk di masyarakat adalah onani atau mastrubasi. Kegitan ini biasanya dilakukan oleh kaum pria yang sudah beranjak dewasa. Tahukan kamu bahwa 95 persen pria melakukan onani. Berarti hampir sebagian laki-laki melakukan kegiatan tersebut.

Oh iya. Kalian tahu mastrubasi? Kalau belum tahu broswer saja di google nanti juga muncul ko hehe. Baiklah kita lanjutkan. Sebenarnya onani merupakan hal yang wajar jika dilakukan dengan tidak berlebihan. Kegiatan berlebihan misalnya melakukan mastrubasi lima kali dalam sehari. Dampak negatif dari onani membuat para pelakunya menjadi kecanduan. Seperti halnya rokok atau obat-obatan lainnya. Hal terkecil saja, bagi kalian perokok aktif tentu tidak bisa melepaskan rokok dalam seminggu saja.  Karena memang sudah candu. Kegiatan tersebut bisa berhenti kalau ada niat untuk tidak merokok dan tidak membeli/meminta rokok lagi. 

Judul artikel ini sedikit menarik memang. Saya ambil penelitian kecil-kecilan dari pengguna aplikasi Alodokter. Kalau kalian punya aplikasinya. Bisa ketik kata "onani" lalu masukkan di kotak pencarian. Disitulah kalian akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan terkait onani. Jumlah pertanyaan itu mencapai ratusan bahkan mungkin ribuan (saya tidak menghitungnya karena terlalu banyak hehe). Apa saja sih pertanyaan mereka? Dari pertanyaan-pertanyaan yang saya baca. Setidaknya ada tiga jenis pertanyaan.

1. Kebolehan beronani

Pertanyaan dari Arifta:

Bolehkah melakukan onani?

2. Dampak dari bahaya onani

 Pertanyaan dari Gusti Pabela:

 Dok apakah onani berbahaya? apa saja bahaya onani? jawab dengan jujur.

3. Solusi untuk berhenti onani

Pertanyaan dari Fauji Aje: 

Dok bagaimana cara berhenti onani,, saya setiap hari onani kalau gak onanti rasanya gimana gitu...tolong dok kasih masukannya buat saya.

Pertanyaan ini merupakan perwakilan dari ratusan pertanyaan lainnya yang hampir sama maksudnya. Baiklah saya akan sedikit paparkan dari gambaran pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang pertama, sepertinya orang tersebut mencari legalitas atas perbuatan tersebut. Dia mencari pembenaran terhadap kegiatan yang selama ini dia lakukan. Apakah kegiatannya normal? atau merupakan sesuatu yang wajar.

Setelah pertanyaan yang kedua terjawab. Dia mulai mencari apa kira-kira dampak negatifnya bagi saya. Apakah menyebabkan badan kurus, konsentrasi menjadi berkurang, merasa bersalah dan sebagainya. Dia terus mencari tahu, karena pada waktu itu dia mulai gelisah.

Pertanyaan yang ketiga, merupakan puncak kegelisahan dari pelaku onani atau mastrubasi. Dia merasa ketidaknyamanan melakukan kebiasaan tersebut. Mulai lah timbul gelisah, merasa bersalah, minder, kurang konsentrasi dan lain sebagainya. Dia mulai mencari solusi atas permasalah tersebut. 

Dari 3 jenis pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa onani bisa menjadi menyebabkan orang memiliki penyakit kronis yang tidak terlihat. 

Demikian, pemaparan dari saya, semoga mencerahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun