Cerita Saat Hujan di Sore Hari
Cerita ini terjadi saat Rabu sore. Saat itu aku baru pulang sekolah bersama teman-teman ku yang lainnya ke asrama. Hari itu aku pulang lebih cepat dari biasanya, karena jam pelajaran terakhir adalah olahraga.Â
"Nanti pas bel pulang bunyi kita langsung berangkat ya! " Ucap Eliz padaku dan Laisa.Â
"Oke! " Ucapku serentak dengan Laisa.Â
Kami pun kembali ke kamar masing-masing. Saat dikamar aku mengganti bajuku begitu juga dengan Laisa.Â
"Alia, ku mau nelfon dulu ya! " Laisa berkata padaku.Â
"Oke, nelfon lah. " Ucapku pada Laisa.Â
Sembari Laisa menelfon orang tuanya, aku pun memutuskan untuk berbaring di kasurku. Awalnya aku berniat ingin tidur sebentar, tapi aku tidak bisa tidur.Â
Aku pun mengambil buku laporan keluar untuk diisi agar bisa ditandatangani oleh ummi.Â
Akhirnya Laisa pun selesai menelfon orang tuanya.Â
"Mana bukumu? Udah diisi, kan? " Laisa bertanya padaku.Â
"Udah." jawabku.Â
Kami pun meminta izin kepada ummi. Kami berdua duduk di depan pintu kamar ummi yang tertutup.Â
"Ketuklah! " Ucap Laisa padaku
Aku hanya mengangguk. Lalu aku pun mengetuk pintu kamar ummi.Â
... .. ....Â
"Assalamu'alaikum, ummi..... " Ucapku bersamaan dengan Laisa.Â
Ummi pun membukakan pintu. Ummi sedikit heran saat melihat kami.Â
"Ada apa anak ummi? " Ummi bertanya.Â
"Itu, mi. Kami mau izin ke rumah teman mi, ada kerja kelompok." Kata Laisa menjelaskan.Â
"Oh, baiklah. Pulang nanti jam 17.30 ya! " Ucap ummi.Â
"Insya Allah mi. " Ucapku dengan Laisa.Â
"Kalau telat, nanti dapat iqob ya! " Kata ummi tegas.Â
"Iya, mi. Kami izin dulu ya mi. Makasih mi. " Ucapku dan Laisa.Â
Buku laporan keluarnya sudah ditandatangani oleh ummi. Kami pun izin sembari mencium tangan ummi.Â
Setelah mendapat izin dari ummi, aku dan Laisa pun pergi ke kamarnya Eliz. Saat tiba disana Eliz ternyata sedang mandi. Aku merasa sedikit kesal begitu juga dengan Laisa. Alasannya karena tadi Eliz menyuruh kami untuk cepat bersiap-siap. Tapi saat kami datang, dia malah masih mandi.Â
"Eliz, cepatlah! " Ucap Laisa sedikit kesal.Â
Melihat kami yang datang Eliz pun bergegas bersiap-siap. Eliz akhirnya selesai mandi. Ia pun memakai bajunya lalu meminta izin pada umminya.Â
Kami bertiga pun keluar bersamaan dari kamarnya Eliz. Ternyata diluar sudah ada Keira yang menunggu kami.Â
"Udah siap? " Tanya Keira pada kami bertiga.Â
"Udah, kok. " Jawabku.Â
"Yok lah, kita berangkat! " Ajak Laisa.Â
Kami pun berjalan menuju ke kelas 9.5 untuk menemui Naya dan Dina. Tapi, saat kami kesana kami bertemu dengan pak Hasan. Dia adalah wakil kurikulum di sekolah kami.Â
Kami pun menyapa pak Hasan dan berbincang sambil bercanda. Setelah selesai kami pun bertemu dengan Naya dan Dina.Â
Kami semua pun pergi jalan kaki menuju rumahnya Naya. Rumahnya tidak jauh jadi kita bisa jalan kaki.Â
Saat kami berjalan, tiba-tiba hujan turun dengan lumayan lebat. Kami pun berlari menuju rumah Naya. Akhirnya kami pun tiba di rumahnya setelah beberapa saat berlari.Â
Bajuku jadi sedikit basah, begitu juga dengan baju yang lainnya.Â
"Masuklah! " Ucap Naya mempersilahkan kami masuk ke rumahnya.Â
"Iya, Naya. Makasih. " Ucap Keira sambil masuk ke rumah.Â
Disusul oleh aku dan yang lainnya. Setibanya disana, sudah masuk waktu ashar. Aku dan yang lainnya sholat ashar secara bergantian, karena mukenanya cuma ada satu.Â
Aku pun duduk di sofa sembari menunggu antrian sholat.Â
"Mau minum apa?, biar ku buatin. " Ucap Naya menawarkan.Â
"Teh aja Nay, makasih. "
Ucapku pada Naya.Â
"Oke, bentar ya. " Naya pun pergi ke dapur.Â
Setelah beberapa saat Naya kembali dengan membawa tape ubi dan minuman.Â
"Makanlah, ni tape lebih praktek kemaren. "
"Iya, makasih Nay. " Ucapku.Â
Setelah selesai makan dan minum, aku pun sholat ashar.Â
Setelah selesai sholat ashar, aku pergi ke dapur.
Saat di dapur aku merebus mie bersama Dina. Aku dan teman-teman yang lain besok akan menjual martabak mie untuk ekonomi kreatif. Itu adalah tugas IPS.Â
Kami membuat video prosedur pembuatannya bersama. Lalu kami pun mencampur mie tersebut dengan bumbu.Â
Setelah itu kami pun membalut nya dengan kulit lumpia.Â
"Oi, ada yang mau mie padeh gak? Ku bisa pesanin, nanti di antarin? " Naya menawarkan.Â
"Mau! " Ucap Keira dengan bersemangat.Â
Naya pun memesan mie padeh. Sembari menunggu kami melanjutkan pekerjaan kami. Setelah beberapa menit mienya pun datang. Kami pun makan dan menikmati mie padeh itu bersama.Â
Tanpa kami sadari jam sudah menunjukkan pukul 17.40.
Kami janji sama ummi akan pulang pukul 17.30. Di luar masih hujan.Â
"Gimana ni? Nanti kita di iqob. " Ucap Laisa cemas.Â
"Aku juga takut. Janjinya sama ummi jam 17.30." Ucap Keira.Â
Lalu Eliz pun menelpon ummi Safi dengan hpnya Naya.Â
Kami pun mendapatkan nasehat yang panjang dari ummi.Â
Kami pun segera bergegas pulang. Kami semua pun berjalan bersama sampai ke persimpangan. Di tengah jalan kami berpisah dengan Dina, karena arah kita beda.Â
"Ku pulang dulu ya! Makasih Nay, " Ucap Dina pada kami.Â
"Hati-hati Nay! " Ucap kami semua.Â
Dina menggangguk. Kami pun akhirnya tiba di persimpangan.Â
"Mau nunggu ojek? " Tanya Naya pada kami semua.Â
"Kita tunggu aja bentar dulu! " Ucap Laisa.Â
Kami pun menunggu ojek. Tapi tak satu pun ojek yang lewat. Kami pun memutuskan untuk jalan kaki pulang.Â
"Kami jalan ajalah Nay. Lama klo nunggu ojek. " Ucapku.Â
Kami pun pamit pada Naya. Naya melambaikan tangan pada kami.Â
Di tengah perjalanan hujan kembali turun dengan deras. Kami berlari sekuat tenaga ke rumah.Â
Akhirnya kami pun tiba di gerbang asrama. Kami pun dimarahi oleh satpam. Tapi kami tetap kabur.Â
Saat memasuki pekarangan asrama. Ada beberapa siswa asrama yang melihat kami. Mereka menertawai kami.Â
Kami pun cepat-cepat ke kamar masing-masing.Â
"Dadah." Ucapku pada Eliz dan Keira.Â
Kami pun kembali ke kamar. Saat dikamar aku mengganti bajuku. Lalu aku ambil wudhu. Begitu juga dengan Laisa.Â
Setelah itu kami pun pergi ke masjid. Ada ummi Raisa disana. Kami pun menyalami ummi. Lalu minta maaf.Â
"Maaf, mi. Kami pulang nya telat. Tadi hujan lebat mi. "
Jelas Laisa pada ummi.Â
"Oh, ya lah. Gak papa. " Jawab ummi.Â
Kami pun menghela nafas lega. Kami senang karena tidak dihukum.Â
Keesokan harinya kami menjual martabak mie tersebut dan martabaknya habis terjual. Benar-benar laku keras. Kami semua pun merasa senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H