Mohon tunggu...
Wawan tri
Wawan tri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan panjang

Sebuah hati serangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ziarah Hati

23 Oktober 2021   08:18 Diperbarui: 23 Oktober 2021   08:23 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruang lengang telah  kumohonkan pada matahari  yang mulai berkemas, karena di rahim malam ini, ingin kupentaskan lagi
ringkasan hari, bulan dan almanak  bagaimana aku memeluk hatimu serupa mutiara yang terangkai sempurna meski kutemui bulan telah mati menyisakan gelap melautkan air mata
Bersama percakapan sunyi ini, kubiarkan perih ini menguar di halaman sajak-sajak sebagai pahatan  benak , mengerat kisah dari gagap hati juga tingginya asa yang  membeku pada hatimu, yang diantaranya ketemui halaman yg penuh rasa sakit, yang  menghujam berjilid jilid ,kan kujadikan setiap alur pahatan, berlekuk-lekuk menjadikanmu prasasti dari tembikar waktu sebagai memorial yang  tak pernah pudar

Ini bukan soal hati yang tidak terima keputusanmu, ini bukan penjelasan  kenapa aku mencintaimu, ini juga bukan lelaki yang patah hati karena mu,
Ini  sesungguhnya soal kesucian hati yang selalu datang ke pantai hati, berharap rumah bahagia ada sana

hatimu adalah puluhan  karang yang menghancurkan setiap debaran ombak
dari hati yang mencoba merengkuhmu berpuluh kali, hingga untuk kesekian kali aku tak  peduli, batu karang itu menghalangi atau menyambutku aku datang dan datang beribu kali, berjuta kali

Selalu kurasakan, dalam seduhan  kopiku masih ada kepundan kecemasan, yang meretas,mengurai berkas lama.
tempat perihku kukuburkan.
tempat prahara hati mengebumi,
tempat pasal-pasal sepiku tertidurkan
tempat sejuta impian, praduga, juga risau hati

Aku hanya ingin
Melihat yang pernah kukagumi,
Menziarahi hatimu,
Menziarahi tangisku,
Menziarahi sepiku,
Menziarahi separuh hidupku,
kan kutaburkan kerumunan huruf, kata dan kalimat-kalimat hati, juga mimpi-mimpi yang tak terbeli seperti saat aku bahagia mencumbuimu dari setiap detik mimpiku
Kulantunkan segala doa
Tentang segala kepantasan yang sewajarnya ,melihatmu dengan segala keindahan rasa

Maafkan, aku sengaja mendatangimu
Kutundukkan hatiku,
Kuheningkan ciptaku ,
bersama  bulir air mata yang  mengering
Jangan melihatku meratap merinduimu,
Atau mengharap belas kasihmu

Ini dialogku
Ini rasa syukurku
Pada sang Maha Cinta
Bukan negosiasi pada hatimu

Wahai pembawa hati di sepanjang lereng lawu..
Wahai pesona Lawu
https://youtu.be/s6MZiRpWeH8

Suhawan tridoyo
Purwokerto , 2 Oktober 2019
Gambar wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun