Mohon tunggu...
suhatman pisang
suhatman pisang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah Menjadi Jurnalis Kompas TV ,SCTV,Indosiar,Skm.Canang Padang

Jurnalis Utama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sama-Sama Pendidik, Beda Peran Orang Tua dan Guru

26 November 2023   11:18 Diperbarui: 26 November 2023   11:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama Sama Pendidik, Beda Peran Orang Tua dan Guru 

By : Suhatman Pisang 

Saya memberikan definisi,dalam soal pendidikan antara orang tua dan guru, dalam kapasitas berbeda untuk seorang anak, sama sama pendidik, atau pemberi pendidikan. Namun berbeda dalam banyak hal seperti waktu, materi dan kapasitasnya. 

Orang tua sebagai pendidik utama seorang anak memberikan pendidikan menyeluruh, spritual, intelektual, kesehatan dan semua yang di perlukan anak. Guru sebagai pendidik spritual dan intelektual sebagai pelengkap dan penyempurna dalam keterbatasan kemampuan akademik orang tua. 

Peran ini saling melengkapi, agar anak punya modal menjalankan kehidupan mereka di masa nya. 

Sinergi peran keduanya akan melahirkan karakter, skill, dan kemampuan, si anak dalam bersosialisasi ke tengah kehidupan nyata yang banyak dinamikanya. 

sehebat apapun orang tua, walaupun dia seorang guru sekalipun , tidak akan bisa memerankan peran yang saya maksudkan dengan berjalan sendiri. ada ruang yang mana orang tua dan guru harus saling mengisi. Ada rongga untuk di isi oleh orang tua dan ada juga rongga yang harus di isi guru. Memungkin juga  saling mengisi rongga yang sama. 

Saya mungkin orang tua kebanyakan, dengan segala keterbatasan sebagai orang tua, mengambil peran sebagai penyedia kebutuhan dasar dan pemberi fasiltas serta menyiapkan kebutuhan dasar semua keperluan anak dalam pendidikan. Sementara dengan berbagai keterbatasan dan tuntutan kehidupan formal saya harus menyerahkan sebagian waktu anak untuk menempuh pendidikan formal dan informal di sekolah atau lembaga yang berwenang. 

Agar hati saya tenang yang utama saya lakukan adalah memberikan kepercayaan pada guru di sekolah atau lembaga pendidikan tempat anak saya serahkan, percaya bahwa anak saya akan mendapatkan perlakuan baik, mendapatkan ilmu baik dan berada di lingkungan yang baik. 

Modal ini perlu agar tidak ada perasaan was was , kuatir akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan pada anak saya. 

Semua saya mulai dari memilih sekolah yang baik, saya akan mencari informasi sebanyak banyaknya tentang sekolah yang dimasuki anak saya, selain fasiltas sekolah, juga termasuk mencari referensi tentang guru di sekolah itu. 

Pertanyaan nya adalah kalau itu bagi kalangan yang mampu memilih sekolah untuk anaknya, bagaiamana kalau orang tua yang tidak mampu, harus memilih sekolah terdekat dengan rumah , sekolah negri sebagai mana ditentukan oleh aturan pendidikan saat ini, dimana siswa di sekolah negri diutamakan yang rumahnya dekat dengan sekolah itu ( sistem zonasi ) 

Jika tidak ada pilihan, kembali ke dasar pemikiran tadi, saya belajar untuk percaya pada sekolah yang sudah dipilih, dan membuat komunikasi baik dengan guru dan semua pihak disekolah itu. saya tanamkan raa aman pada diri saya , agar anak saya juga aman menempuh pendidikan di sekolah itu. Hubungan yang harmonis orang tua dan guru harus di jaga .

Sebagai orang tua dari kalangan kebanyakan, kemampuan saya hanya sebatas menyiapkan kebutuhan dasar anak, paling saya bekali dengan pendidikan agama semampu saya bisa, doa doa utama misalnya, ibadah ibadah wajib selebihnya anak anak mendapatkan disekolah dan di lembaga lain yang dipercaya. 

Soal isu isu terkini seperti perundungan, kekerasan terhadap anak, atau sikap guru yang tidak pada tempatnya .saya akan berusaha melihatnya secara jernih.  Saya berpikir positif saja tidak ada akibat tanpa sebab, atau azas klausula.  Kalau terjadi Naudzubilah cari penyelesaian terbaik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun