Mohon tunggu...
Suharyo AP
Suharyo AP Mohon Tunggu... wiraswasta -

trainer dan penulis buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Dikelola Gepeng pun Bisa Mandiri

21 Juli 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agaknya Jokowi –Gubernur DKI perlu belajar pada Yayasan Karya Wisma dalam mengentas gelandangan dan pengemis (Gepeng). Yayasan ini berhasil mengentas mereka dengan cara menampung di suatu tempat sampai akhirnya bisa mandiri, dan menjadi kampung yang setara dengan perkampungan sekitarnya.

Adalah Ny. Zanifah Zarkasyi, pengelola yayasan ini. Awalnya, hatinya tergerak ketika melihat kaum gepeng hidup terlunta-lunta, tak jelas masa depan dan kehidupannya. Kalau malam hari, ada yang tidur di trotoar, di pasar, di bawah jembatan, di bekas stasiun, dan tempat lain.  Kondisi ini mendorong Ny. Zanifah untuk menampung mereka.

Sebagai istri lurah, dia mengupayakan perkampungan baru bagi kaum Gepeng di tanah Yasan. Para gepeng dikumpulkan dan diberi pengarahan. Tentu, kendala awalnya banyak. Ada yang menolak, curiga, ada yang acuh-tak asuh, dsb. Namun ibu Zanifah (alrmarhumah) tidak putus asa. Upayanya terus dilakukan.

Tempat penampungan awal sangat sederhana, yaitu rumah dari kardus, tripleks, dan bahan lain yang sangat sederhana. Kotak-kotak penampungan itu—berkat kegigihan perintitsnya—akhirnya ada yang menempati. Pembinaan demi pembinaan dilakukan. Mereka diyakinkan bahwa kalau mau bekerja keras, akhirnya akan sama dengan warga lain, bisa mandiri.

Tentu saja, pekerjaan mereka tetap melanjutkan yang lama. Bagi pengemis yang ingin meneruskan pekerjaannya tidak dilarang. Begitu juga yang akan mencari barang bekas, tetap saja dibolehkan. Yang berubah dari mereka –awalnya—adalah kalau malam hari tidak lagi keliaran. Mereka kembali ke tempat penampungannya.

Dari tahun ke tahun perubahan terjadi.Di tempat penampungan dibangun musholla, tempat layanan kesehatan, gedung PKK dan sekolah. Pelan tapi pasti semua itu mengimbas pada warga kampung gepeng. Anak-anak mereka mulai sekolah. Gesekan sesoal terjadi. Dan akhirnya, mereka terbuka pikirannya untuk maju.

Setara

Sekarang, perkampungan gepeng tinggal kenangan. Orang yang tidak tahu sejarahnya kalau melintasi perumahan di Kelurahan Tompokersan Kec/Kab. Lumajang, Jawa Timur ini tidak tahu kalau perkampungan ini dulunya adalah perkampungan gepeng karena setara dengan perkampungan sekitarnya.

Keberhasilan ini, perlu menjadi  contoh bagi daerah lain yang selama ini selalu menghadapi problem gepeng, seperti Kota Surabaya, atau Jakarta, dan daerah lain. Kalau mereka ditampung, dan terus diberi penyuluhan, maka lambat atau cepat akan mengalami perubahan yang berarti. Selain itu, suasana kota pelan-pelan akan terbebas, walau tidak 100% dari gepeng.

Yang perlu dijadikan cacatan penting adalah, kaum gepeng itu kalau dikelola dengan baik, mereka pun bisa mandiri seperti warga di perkampungan lain. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun