Situasi malam lebaran nampak spesial. lampu-lampu di dapur menyala karena lagi masak. Para ibu-ibu di malam itu sibuk masak. Pagi-pagi sebelum subuh masakan sudah rapih.Â
Makanan favoritnya adalah apem dan peyek. Tidak ada tradisi masak ketopat. Baru masak ketopat apabila pas acara kenaikan kelas di sekolah. masing-masing anak sekokah rakyat membawa ketopat dengan lauk tempe bacem. Di malam lebaran di setiap depan halaman rumah ditaruh jambangan atau ember dikasih air, kembang, dan uang logam.
Di malam takbiran anak-anak remaja bertakbir keliling kampung dengan penerangan  oncor dan lampu petromax.
Para Bapak-Bapak menyampaikan zakat fitrah ke Pak Dukuh (Dukuh adalah jabatan pamong desa terendah, dibawah kelurahan). Seingat saya besarnya zakat fitrah tidak ditentukan, terserah warga, dan penyalurannyapun tidak jelas. Begitulah pemahamannya tentang agama Islam sangat terbatas.
Lalu paginya, kalau saya ingat lebih menggelikan lagi. Sebagian orang sholat Idhul Fitri di masjid dan di lapangan. Seingat saya, yang sholat di lapangan sebelum sampai lapangan dicegat panitia untuk ngisi sedekah yang ditaruh di besek yang di beri lubang untuk memasukkan uang. Yang tidak  punya uang memasukkan kerikil. Kenapa harus memasukkan kerikil karena untuk menghitung jumlah jamaah yang hadir.
Namun sebagian orang yang lain, kalau diingat sangat menggelikan, tidak berangkat sholat Idul Fitri, namun memandikan sapi di sungai lalu sapinya diberi kembang.
Bada sholat Idul fitri, di rumah kami cukup ramai. Di samping acara halal bihalal atau sungkeman, tamu di rumah cukup banyak. Nenek saya dulu suka memijit anak yang baru lahir.
Lagi-lagi ada istilah fitrah. Tamunya nenwk disampinh halal bihalal juga kasih uang dengan ucapan "Ini fitrahnya si Fulan". Â Si Fulan adalah anaknya yang dipijit nenek saya.
Kalau di hari-hari biasa perut jarang kenyang, dihari lebaran perut sungguh sangat kenyang sekali sampai sampai bila "antop atau bersendawa" bau mulutnya tidak enak. Agar perut yang buncit karena kekenyangan itu terasa lega lalu minum saparela.
       ---bersambung---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H