Mohon tunggu...
Ryan Haryanto
Ryan Haryanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pernah (29 tahun) bekerja sebagai Reporter, Programmer dan Redaktur Senior (Ipoleksosbud Hankam) pada Pusat Pemberitaan Radio Republik Indonesia (RRI). Sejak remaja senang mengamati dan berpikir tentang hal-hal yg kurang diminati oleh banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlu Kecerdasan Mengamati Kasus Anas

28 Februari 2013   21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:31 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang cerdas yang tidak mudah termakan isu (opini publik) yang diciptakan dan dihembuskan oleh media massa milik lawan-lawan politik Anas Urbaningrum, terus berdatangan.

Kebanyakan dari mereka, adalah orang-orang cerdas yang tidak mudah mempercayai keterlibatan Anas Urbaningrum dalam kasus korupsi Hambalang, - sebuah isu yang sudah terlanjur ditelan dan dipercaya secara buta oleh masyarakat luas-.

Cepatnya masyarakat menelan bulat-bulat berita (isu-isu) yg belum pasti seperti kasus Anas Urbaningrum, dapat dimaklumi, sebab tdk banyak orang yang memiliki kemampuan telusur, karena selain memerlukan tingkat kecerdasan tertentu, sangat banyak pula aspek yang perlu ditinjau dan ditelusur.

Mungkin, kecerdasan semacam itu juga perlu dimiliki oleh para Journalist dan Redaktur, agar tidak mudah digiring untuk ikut-ikutan menelan opini yg diciptakan oleh rekan-rekan se-profesi mereka sendiri, tanpa mampu mengungkap logika yang tersembunyi dibalik peristiwa sesungguhnya.

Sangat naïf memang, karena keteledoran dan kebodohan seorang redaktur suatu media, akan mampu menularkan kebodohannya pada ribuan pembaca dan jutaan pemirsanya.

Yang lebih naïf dan menyedihkan, ada Pemred yang lebih suka ikut trend berita yang sudah terlanjur berkembang dimasyarakat, tanpa mau sedikit mengerutkan kening menelusur logika yang tersembunyi dibalik peristiwa sesungguhnya.

Sebuah "Trending" memang selalu sarat dengan sunggingan senyum, tapi seringkali membuat orang-orang yang hanyut didalamnya, terjebak dalam kebohongan dan pembodohan.

Mengapa harus bangga dan merasa sudah tahu, kalau pengetahuan itu hanya hasil dari ikut-ikutan dan mem-Beo?.

Mengapa merasa menjadi orang yang paling tahu, kalau tidak pernah mencoba menelusuri sendiri fakta logis sampai akar permasalahan suatu kasus?

Jadilah bagian dari orang-orang kritis yang tidak cerewet dan tidak sok tahu, tapi terus berpikir mencari tahu fakta dan logika dibalik kejadian sesungguhnya.

Salam hangat,

Ryan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun