Mohon tunggu...
Ryan Haryanto
Ryan Haryanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pernah (29 tahun) bekerja sebagai Reporter, Programmer dan Redaktur Senior (Ipoleksosbud Hankam) pada Pusat Pemberitaan Radio Republik Indonesia (RRI). Sejak remaja senang mengamati dan berpikir tentang hal-hal yg kurang diminati oleh banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Buah Mangga Ngopi Dangdut (Catatan Menyongsong Seleksi Calon Direksi RRI)

21 September 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_266358" align="alignright" width="104" caption="PARNI HADI, buah karya Dewan Pengawas LPP-RRI (2005-2010)."][/caption]

"Buah Mangga yang jatuh, tidak pernah jauh dari pohonnya".
Meski tidak 100 persen akurat, "Analogi" diatas, sudah sejak lama digunakan sebagai "Alat Pengukur Asumtif" oleh para orang tua kita, dan hasilnya sangat meyakinkan, karena "Selalu Paralel" dengan kondisi "Buah Karya" seseorang yang di-analogi-kan.

Analogi "Buah Mangga Jatuh", juga dapat kita gunakan terhadap buah karya Dewan Pengawas LPP-RRI periode 5 tahun lalu (2005-2010), sekaligus untuk memprediksi buah karya yang akan dihasilkan oleh Dewan Pengawas periode sekarang (2010-2015).

Lima tahun lalu, Tim Dewan Pengawas pimpinan HENDRO MARTONO telah mempertontonkan kualitasnya.
Dengan segala kerendahan hati, ijinkan Penulis menyebut : "Mereka Orang2 Berkelas" dalam wawasan (Cakrawala Berpikir), Pergaulan eksternal dan Jam terbang, yang dikawinkan dalam satu Kuali "Wajan Dewas".
Salah-satu buah karyanya, adalah terpilihnya "Tim PARNI HADI" (Dewan Direksi periode 2005-2010), yang dihasilkan dibawah tekanan internal RRI.

Dari 5 (lima) anggota Dewan Direksi LPP-RRI (2005-2010) terpilih waktu itu, 2 (dua) orang diantaranya merupakan hasil tekanan internal RRI, 1 (satu) orang sebagai "Bedak Pemoles Wajah", dan 2 (dua) orang Direktur lainnya merupakan hasil "Lompatan Keberanian dan Kejelian".

Alamarhum Gun Sukmagunadi, (Dir. Administrasi dan Keuangan) dan Sunarya Ruslan (Dir. Sumberdaya dan Teknologi), adalah 2(dua) Direktur yang masuk kategori "Direktur Campur-Tangan" dan "Direktur Pokoknya" dari unsur RRI. Bahkan semula, kalangan internal RRI (termasuk sejumlah Kapala Cabang), mendesak agar Dewan Pengawas waktu itu memilih Gun Sukmagunadi (Alm) sebagai Dirut.

Tetapi, disitulah Dewan Pengawas yang di-ketua-i HENDRO MARTONO diuji. Meski mendapat tekanan yang luar biasa dari para pendukung Gun Sukmagunadi, mereka mampu melakukan Lobby agar Gun Sukmagunadi tidak terus dipaksakan sebagai calon Direktur Utama.

Pada bagian lain, Dewan Pengawas memilih BAYU NIMPUNO sebagai Direktur Layanan Usaha. Bayu yang Masih Muda, Tampan, Bersuara Bariton dan Lancar berbahasa Inggeris, diharapkan mampu menjadi "Bedak Pemoles Wajah RRI" yang waktu itu sedang coreng moreng. Ketika itu, Dewan Pengawas juga berharap Bayu Nimpuno mampu menjadi etalase untuk mengangkat citra RRI yang sedang terpuruk, karena kasus korupsi yang melibatkan Direksi Perusahaan Jawatan (Perjan) RRI.

Lalu, kondisi seperti apa yang melatari kesepakatan para anggota Dewan Pengawas LPP-RRI memilih PARNI HADI sebagai Direktur Utama dan NIKEN WIDYASTUTI sebagai Direktur Program Produksi waktu itu ?

Jawabanya adalah, kejelian melihat potensi sesuai kebutuhan dan keberanian mengambil keputusan.

Orang yang mencalonkan diri sebagai Dirut LPP-RRI waktu itu tidak hanya PARNI HADI. Rival kuatnya, adalah “AHMAD……….” (biasa disapa Pak PUNGKY), seorang pakar Marketing yang pada periode sama, juga terpilih sebagai Direktur Personalia PT. (Pesero) Jasa Marga.

Dapat dipahami, ketika itu RRI membutuhkan tokoh yang sudah dikenal publik dan sexi, seperti PARNI HADI, untuk mengingatkan masyarakat bahwa RRI masih ada dan mampu bersaing dengan media massa lain. Dari hasil kerjanya yang berhasil mengangkat kembali citra RRI selama 5 tahun terakhir, terbukti bahwa keputusan Dewas memilih Parni Hadi sebagai Direktur Utama, sesuai momentum dan kebutuhan.

Dibanding Parni Hadi yang fenomenal, Niken Widyastuti bukanlah apa-apa. Sebelum mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Direksi,, Niken hanya kepala Cabang RRI Cirebon, (Cabang kelas III dilingkungan structural RRI). Lalu, apa alasan Dewas lebih memilih Niken untuk posisi Direktur Program dan Produksi dibanding calon-calon lainnya ?

Cerita perjalanan karirnya menuju Kursi Direktur terbilang unik, karena salah seorang anggota Dewan Pengawas AHMAD SYUKRI AHKAB semula tidak merestui pencalonan Niken.

Ahmad Syukri, yang juga mantan Boss-nya di RRI semarang, mengingatkan agar Niken sebaiknya mengurungkan niatnya mendaftar sebagai Calon Direktur, untuk memberi kesempatan kepada seniornya NINING SUPRATMANTO. Tetapi atas desakan sahabat dan teman-teman dekatnya, Niken Widyastuti tetap maju bersaing dan berhasil merebut Kursi Dir.Program Produksi.

Memilih Niken Widyastuti, sebagai Direktur, adalah sebuah keberanian. Karena ketika mendaftar, Niken terhitung masih hijau dalam usia dan pengalaman. Lain halnya ketika Dewas melihat kemampuan dan komitmennya pada Fit and Proper Test. Pemahaman tentang kondisi RRI dan ke-piawai-an-nya mempresentasikan apa saja yang harus dikerjakan untuk kemajuan siaran RRI pada waktu itu, membuat Dewan Pengawas tidak punya alasan untuk tidak meluluskanNya sebagai salah-satu Direktur RRI.

Kini, setelah 5 tahun masa tugasnya dijalani, kita dapat melihat Program Pencitraan dan Perluasan Jaringan Siaran ke wilayah perbatasan yang dilakukan PARNI HADI, serta Peningkatan Kesejahteraan pegawai yang dilakukan NIKEN WIDYASTUTI, (setelah menjabat sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan), “Jauh Melampaui” prestasi kerja Direksi Perjan RRI, pada periode sebelumnya.

"Buah Mangga yang jatuh, tidak pernah jauh dari pohonnya", jika analogi itu kita gunakan untuk buah karya Dewan Direksi Periode 2005-2010, maka Pohon yang menghasiilkan buah itu adalah Dewan Pengawas pada periode yang sama. Begitu pula jika kita merunut ke hulu, Jika Dewas diibaratkan sebagai buahnya, maka pohonnya adalah Komisi I-DPR-RI yang memilih mereka.

Kini, Dewan Pengawas LPP-RRI Periode 2010-2015 sudah terpilih. Mereka adalah buah karya Komisi I DPR-RI periode 2009-1014. Dan secara asumtif kualitas Dewas terpilih, akan sesuai dengan kulitas bidikan para anggota Komisi I DPR-RI yang memilihnya.
Analogi “Buah Mangga Jatuh” memang tidak 100 persen akurat. Tapi bagi kalangan internal RRI yang mengenal Track Record 3 anggota Dewan Pengawas terpilih, boleh memprediksi (mengira-ngira dalam hati) tentang kemungkinan orang-orang yang akan mereka pilih.

Selain itu, anda juga dapat memprediksi tentang kemungkinan terjadinya pergelutan sengit antar sesama anggota Dewas dari unsur RRI, dan upaya saling mempengaruhi, antara anggota Dewas dari unsur RRI dengan dari unsur masyarakat.

Selebihnya, mereka akan tertawa bersama, sambil Ngopi Dangdut..

Tulisan ini juga termuat sebagai catatan pada Laman Facebook Suharyanto Cakrayudha, dengan Judul “ Buah Mangga Ngopi Dangdut “.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun