Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takut Menang Malah Menang

16 Desember 2024   10:36 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:36 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya pada permintaan ketiga kepala madrasah, penulis sanggupi hanya saja minta mengikuti katagori guru inspiratif. Mengingat penulis sudah sering disebut sebagai guru inspiratif di medsos dan persyaratan inspiratif itu sudah cukup dijadikan modal untuk mengikuti seleksi.

Setelah juknis keluar ternyata berbeda dengan juknis tahun 2023. Tahun 2024 lebih simple cukup membuat biodata singkat, feature, dan video yang pernah penulis lakukan. Butuh satu pekan persyaratan sudah dikirim ke tingkat provinsi. Hampir 200 peserta yang mengikuti seleksi dari berbagai tingkatan. Terpilihlah 19 peserta untuk mewakili provinsi DKI Jakarta termasuk penulis sendiri.

Memang penulis membuat video berbeda dengan peserta lainnya. Penulis membuat seperti pembuatan video ketika menjadi narasumber di tvOne pada acara Hari Pendidikan Nasional. Dengan dibantu teman-teman guru dari Madrasah Lima Channel (MLC) khususnya pak Lukman bagian penyutingan video pembukaan dan Bu Laura hildayati bagian pembawa berita sementara penulis bagian pengeditan. Alhamdulillah, sedikit banyak penulis bisa mengedit video, kebetulan sering membuat YouTube pembelajaran.

Detik-detik akhir pendaftaran tingkat provinsi, penulis share video ke group peserta GTK. Alhamdulillah, apresiasipun berdatangan baik dari peserta maupun dari para pembimbing dan dewan juri. Sampai ada teman peserta berkata "Ini mah sudah cocok tingkat Nasional." Penulispun bahagia melihat dan membacanya.

Penulis lulus seleksi di tingkat provinsi. Untuk menghadapi tingkah Nasional, para pembimbing terus giat membimbing para peserta. Banyak masukkan dari para pembimbing. Penulispun mengedit kembali biodata, feature, dan video yang lebih padat isinya agar menarik perhatian dewan juri tingkat Nasional. 

Untuk menghadapi para peserta dari provinsi lain yang tidak bisa dianggap remeh, mereka juga mempunyai segudang prestasi. Maka itu, penulis berusaha untuk menampilkan yang terbaik. Setidaknya dalam video itu berisi tentang long life education, menulis, berkarya, dan berbagi.

Setelah persyaratan rampung, penulis langsung mendaftar melalui link yang telah dibagikan. Penulis adalah peserta pertama yang mendaftarkan ke tingkat Nasional. Penulis hanya bisa berikhtiar dan berdoa semoga diberikan yang terbaik. Selang sepekan pengumuman hasil seleksi pun diumumkan lewat Instagram Kementerian Agama pusat. Ramailah peserta lain mengucapkan selamat kepada peserta yang lulus seleksi. 

Penulis pada saat itu sedang istirahat antara tidur dan terjaga. Entah itu mimpi atau penulis sedang membayangkan bahwa penulis sedang di dorong menuju ke sebuah panggung besar oleh istri. Setelah azan Magrib penulis bangun dari tempat tidur lalu menaiki kursi roda untuk mengambil wudhu. Maklum sudah terbiasa main smartphone sebelum wudhu jari penulis iseng-iseng lihat smartphone.

Penulis langsung buka WhatsApp group GTK Madrasah. Penulis sedikit terperanjat melihat group penuh chattingan ucapan selamat kepada peserta yang lulus tingkat Nasional. Penulis melihat ada nama penulis tertera dari tiga peserta yang lulus. Penulis tambah penasaran lalu menscroll hingga ke atas. Penulis masih bingung, mungkinkah penulis salah lihat atau salah baca. Ketika penulis sedang kebingungan ada teman meng-share pengumuman dari Instragram. Dengan hati masih berdebar-debar penulis membukanya. Penulis melihat nama dan asal madrasah penulis terpatri dipenguman itu.

Sontak saja penulis histeris dengan sedikit nada tinggi sambil memanggil istri "Umiiiiii....Umiiiiii....Umiiii........" Istri dan anak-anakku lari menghampiriku. Mereka pikir ada sesuatu yang terjadi pada diri penulis.

"Kenapa Yaaaaaah?" Teriak istri dan anak-anakku. "Ayah lulus tingkat Nasional," ujarku sambil terharu dan tidak kuat menahan derasnya air mata yang mengalir tanpa permisi. "Alhamdulillah,.... Alhamdulillah,.... Alhamdulillah..." Ucap istri dan anak-anakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun