Jangan Terlalu Mudah Menilai OrangÂ
Cing Ato
#SlefmotivatedÂ
Alkisah, diceritakan ada seorang pemuda bertanya kepada seorang a'lim tentang dua orang yang bersebrangan antara status dengan kebiasaan yang dikerjakan.
    "Pak, manakah yang lebih buruk antara seorang ahli ibadah tetapi melakukan keburukan dan seorang yang melakukan kebaikan, tetapi ia tidak pernah beribadah?" Tanya si pemuda.
    "Kedua-duanya tidak ada yang buruk. Boleh jadi orang yang ahli ibadah akan Tuhan bimbing kejalan yang baik bersebab ibadahnya dan orang yang berbuat baik tetapi ia tidak pernah ibadah boleh jadi Tuhan akan membimbing kepada ketakwaan," jawab si a'lamin.
    "Loh, kalau begitu siapa yang lebih buruk?" Tanya si pemuda lagi.
    "Kitalah yang lebih buruk dari kedua orang itu," jelas si alim.
    "Loh, kok bisa!"
    "Iya, karena kita terlalu sibuk menilai dan menghakimi orang lain, sementara kita lupa akan diri sendiri. Suatu kelak kita akan mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan atas perbuatan kita bukan perbuatan orang lain."Â
Kisah di atas tentang sibuk menilai orang lain bisa kita jadikan pembelajaran dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini.Â
Betapa banyak di antara kita yang sangat sibuk menilai bahkan menghakimi orang lain atas apa yang orang lain perbuat. Namun, kita lupa terhadap diri sendiri. Padahal apa yang kita perbuat dalam menilai orang lain termasuk perbuatan buruk.
Sebagai manusia yang tempatnya salah dan lupa kiranya tak pantas kita menilai dan bahkan menghakimi orang lain. Karena boleh jadi orang yang kita anggap kurang baik, lalu orang itu mendapatkan bimbingan dari Allah, orang itu justru lebih baik dari kita.Â
Jangan karena menganggap diri kita ahli ibadah dan tak pernah melakukan amal keburukan, kemudian ketika melihat orang lain berbuat keburukan lantas menghakimi atau membenci yang berlebihan. Bisa jadi kebaikan yang pernah kita perbuat terhapus bersebab menilai dan menghakimi.Â
Banyak kisah-kisah yang sering kita baca, lihat, dan dengar. Betapa banyak orang yang perbuatannya dipandang buruk. Namun, setelah mendapatkan bimbingan Allah, orang itu bisa menempatkan dirinya di surganya Allah. Mungkin kita pernah mendengar mantan wanita tunasusila masuk surga bersebab memberikan air minum kepada seekor anjing yang kehausan. Begitu juga kita pernah mendengar seorang yang pernah menghilangkan nyawa seratus orang, lalu Allah bimbing ke jalannya. Orang itu pun masuk surga karena rahmat dari Allah.
Terus apa yang harusnya kita perbuat dari itu semua? Jika, kita mampu mengajak akan kebaikan serulah. Jika, kita tak mampu cukup doakan agar orang itu mendapatkan bimbingan dari Allah.Â
........
Sumber kisah: Tik tok Arum Spink
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H