Zaenudin pun hijrah ke daerah Padang Panjang dan tidak begitu jauh dari daerah tempat Hayati. Bersurat-menyurat masih dilakukan.Â
Pada suatu hari ada pertunjukan pacu kuda dan pasar malam. Di mana hampir setiap orang berduyun-duyun untuk melihatnya. Melihat demikian  moment ini tak disia-siakan oleh Hayati untuk bertemu dengan Zaenudin. Hayati menginap beberapa hari di rumah Khadijah teman sewaktu sekolah.Â
Hayati, Khadijah, dan Aziz saudara sepupu Khadijah ikut melihat pertunjukan. Hayati pun bertemu dengan Zaenudin. Khadijah melihat penampilan Zaenudin yang rada kampungan menyindir Hayati dan mempengaruhinya agar Hayati meninggalkan Zaenudin dan bersanding dengan Azis saudara sepupunya.
Sejak itu diaturlah agar Hayati senang dengan Azis. Singkat cerita Azis meminang dan secara bersamaan Zaenudin pun meminang lewat sebuah surat. Terjadilah musyawarah para orang tua dan kerabat untuk memutuskan siapa yang harus dipilih untuk menjadi suami Hayati. Kerena pertimbangan adat istiadat, kesukuan, dan status sosial. Maka, keputusan jatuh pada Azis.Â
Meradanglah Zaenudin akibat pernikahan Hayati dan Azis. Zaenudin pun sakit selama dua bulan. Dokter tak mau menyembuhkan penyakitnya. Dengan terpaksa Hayati didatangkan. Akhirnya Zaenudin bangun dan ia sadar bahwa Hayati sudah milik orang. Ia pun mempersilahkan Hayati untuk meninggalkannya.Â
Zaenudin berangsur-angsur pulih. Untuk melupakan semua Zaenudin hijrah ke pulau Jawa ditemani bang Muluk anak dari rumah yang ia diami selama di Padang Panjang. Zaenudin menetap di Surabaya, selama di Surabaya ia banyak menulis dan tulisannya di kirim ke berbagai koran. Tulisannya banyak diminati masyarakat, termasuk Hayati. Hayati agak bingung tulisan-tulisan yang di tulis oleh penulis berinisial "Z" itu mirip dengan kejadian yang ia alami dengan Zaenudin.
Zaenudin menjadi penulis terkenal hingga banyak redaksi atau penerbit memburu karya tulisnya. Bukan di situ saja ia mendirikan semacam seni pentas di komunitas anak perantauan dari Sumatera.Â
Suami Hayati dipindah tugaskan ke Surabaya. Karena beliau berdua berasal dari Sumatera beliau berdua diundang untuk melihat pertunjukan seni pentas (Tonil). Beliau berdua tidak tahu kalau yang membuat lakon pentas  Zaenudin dengan nama samaran Shabir.
Betapa kagetnya beliau berdua setelah melihat Zaenudin yang sudah sangat berbeda dari apa yang beliau berdua lihat sebelumnya. Zaenudin bukan lagi seperti anak kampung. Kini berpenampilan ala anak kota dan gedongan.
Zaenudin melupakan masa lalu, beliau akhirnya menjadi saudara seperantauan. Meraka saling berkunjung dan bahkan Zaenudin sering membantu Hayati dan suaminya.
Singkat cerita Azis kembali kepada tabiat lamanya. Ia berjudi, mabuk-mabukkan, dan main wanita. Sehingga habis semua apa yang dimiliki, karena harus membayar hutang. Bangkrutlah Hayati dan suaminya.