Belajar dari Handry Satriago
#GuruBloggerMadrasah
Di sela-sela waktu kosong mengajar, penulis mencoba melihat aplikasi Facebook. Penulis lihat ada sebuah video motivasi yang pernah penulis lihat sebelumnya. Video ini penulis lihat di akun Facebook milik pak Ikhsan ceo Media Guru.Â
Kebetulan penulis senang dengan hal-hal seputar self motivated. Setidaknya ketika penulis membaca, mendengar, atau melihat minimal pengetahuan itu untuk meneguhkan hati penulis.
Hari ini penulis melihat video dari pak Handry Satriago seorang CEO General Electric Indonesia. Empat hari yang lalu beliau telah menghadap Sang Penggenggam Kehidupan tepatnya tanggal 16 September 2023.Â
Ada kisah yang menarik dari beliau. Ketika beliau berumur 17 tahun beliau terkena penyakit getah bening di bagian belakang, sehingga beliau tidak bisa berdiri hingga beliau meninggal dunia.
Saat itu beliau dipinta untuk menjadi imam oleh ibunya. Beliau sanggupi, namun baru saja dapat dua rakaat beliau tidak bisa bangkit. Hari itulah beliau terakhir berdiri hingga ajal menjemputnya.
Beliau sempat stress dan mengurung diri dikamar berhari-hari. Sepertinya beliau sangat terpukul dan kecewa dengan musibah yang terjadi pada dirinya. Sepertinya dunia sudah gelap dan tidak bersahabat dengannya.
Melihat yang demikian kedua orang tuanya tidak tinggal diam. Terus menasehati dan memotivasi agar beliau bangkit kembali. Suatu hari bapak beliau masuk ke kamar dan  membuka jendela, lalu bapaknya duduk di tempat tidur beliau. Bapaknya menasehati sambil memberikan motivasi. Ada dua hal yang bapaknya sampaikan.Â
Pertama, hidup ini adalah pilihan. Boleh menjadi kaum rebahan dan terus mengurung diri atau bangkit menatap masa depan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ketika memilih untuk terus mengurung diri. Maka, hidup akan selalu merasakan kesedihan . Karena hidup selalu membandingkan diri dengan orang lain. Ketika orang lain mampu mengerjakan sesuatu yang dahulu kamu bisa lakukan, ketika itu akan timbul kesedihan.
Kedua, hidup ini ibarat orang yang mendorong modil di jalan yang terjal. Terus mendorong dan tidak boleh berhenti, karena kalau berhenti mobil itu akan turun dan sulit untuk mendorongnya lagi. Teruslah mendorong, andaikan lelah, dorong terus perlahan-lahan, yang terpenting tidak boleh berhenti.
Sejak bapaknya menasehati dan memotivasinya. Beliau bangkit dan langsung keluar dari kamar, lalu memanggil ibunya untuk membantu mencarikan taxi. Beliau pun akhirnya sekolah kembali. Beliau mengatakan betapi sulitnya menjalani hidup sebagai seorang yang keterbatasan jalan dan hidup di atas kursi roda.
Beliau mengatakan "Setiap orang pasti punya kesusahan dan ada kesusahan yang hanya dibuat Allah khusus untuk diri sendiri dan itu harus dihadapi. Ketika Anda mampu menghadapi, maka Allah akan memberikan kekuatan yang tidak diberikan kepada semua orang. Kekuatan itu adalah memantul balik ke tempat yang tertinggi setelah Anda terhempas ke titik paling bawah. Oleh karena itu, jangan pernah takut dengan kesusahan yang Anda hadapi. Apapun itu, jangan pernah menyerah."
Dengan semangat yang tinggi dan tidak pernah menyerah akan kesusahan yang dihadapi. Beliau akhirnya mampu menaklukkan apa yang tadinya jauh dari ekspektasinya. Walau 30 tahun hidup berkursi roda, beliau pun mampu menaklukkan dunia dan beliau sering traveling ke berbagai daerah hingga ke manca negara. Berbagai jabatan pun pernah membersamai hingga menjadi seorang leader -CEO General Electric Indonesia- di samping itu beliau sering menjadi narasumber diberbagai event.
Kisah di atas bisa kita jadikan sebagai pembelajaran dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini. Betapa banyak di antara kita  yang hidupnya selalu mengeluh ketika mendapatkan kesusahan.
Apapun kesusahan yang terjadi, kita harus hadapi walaupun berat kita rasakan. Ingat! Allah tidak akan membebankan makhluknya di luar batas kemampuannya. Dan juga dibalik kesulitan/kesusahan pasti Allah berikan jalan keluarnya. Ketika kita mampu menghadapi semuanya, lihatlah apa yang akan terjadi!
Itulah yang pernah penulis alami dalam menghadapi kesusahan ini. Terus berusaha dan bangkit dari kesusahan dan terus meng-upgrade diri. Apa yang terjadi penulis bisa menulis 15 buku solo dalam kondisi keterbatasan. Kini masih tetap mengajar layaknya guru yang sehat.
Cilincing, 20 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H