Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MTsN 5 Jakarta: Walau Letaknya Serba di Pinggir Namun Bukan Berarti Kelas Pinggiran

3 September 2023   07:21 Diperbarui: 3 September 2023   07:37 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MTsN 5 Jakarta: Walau Letaknya Serba di Pinggir. Namun, Bukan Berarti Kelas Pinggiran 

Cing Ato

#SarapanPagidenganMenulis

Penulis kenal MTsN 5 Jakarta cukup lama. Penulis dahulu pernah sekolah di tempat yang sama. Jadi gedung madrasah itu ditempati oleh dua tingkatan pendidikan MTsN 5 Jakarta dan MAN 1 Filial Cilincing. 

Penulis menuntut ilmu di tingkat MAN. Banyak alumni MTs N 5 Jakarta yang melanjutkan ke MAN 1 Filial Cilincing. Di samping itu juga banyak juga alumni yang melanjutkan ke sekolah lain, baik di Jakarta maupun di luar Jakarta.

Tahun 1996, penulis melamar menjadi seorang pengajar di MTs N 5 Jakarta. Ketika penulis membawa lamaran diterima oleh wakil Kurikulum. Kebetulan wakil Kurikulum merupakan guru penulis ketika penulis belajar di MAN 1 Filial Cilincing. Wakil Kurikulum kenal sekali dengan penulis. Penulis salah satu murid yang cukup dikenal dikalangan guru, karena penulis salah satu murid yang berprestasi dalam bidang akademik. 

Ketika melihat penulis yang melamar langsung saja pelamar yang lain tersingkirkan. Karena secara tidak langsung wakil Kurikulum sudah tahu kualitas penulis.

Di samping itu pula penulis alumni sebuah perguruan tinggi negeri, sehingga lebih diprioritaskan daripada lulusan swasta. Namun, bukan berarti merendahkan kualitas lulusan swasta. Akan tetapi, kualitas lulusan perguruan tinggi negeri sudah teruji kualitasnya, karena masuknya saja sudah terseleksi dengan ketat daripada swasta.

Puluhan tahun penulis mengabdi di MTs N 5 Jakarta, setidaknya mengetahui kualitas perkembangan pendidikan dari tahun ke tahun. 

MTsN 5 Jakarta termasuk salah satu madrasah yang sangat diperhitungkan oleh masyarakat luas walau letaknya dipinggiran ibu kota Jakarta. Sejak penulis mengajar banyak orang tua yang berebut untuk memasukkan putra-putrinya di MTs N 5 Jakarta. Setiap tahun peserta yang mendaftar sekitar tujuh ratus lebih. Karena kafasitasnya terbatas, jadi yang diterima hanya sepertiga dari yang daftar.

Tentunya untuk menjadi siswa MTsN 5 Jakarta harus mengikuti serangkaian tes, baik tes akademik maupun tes baca tulis Al Qur'an. Setidaknya dari penerimaan yang cukup selektif ditambah proses pendidikan yang cukup, setidaknya bermunculan siswa-siswi yang berprestasi. Dari siswa berprestasi inilah ada yang kelak menjadi duta untuk belajar di sekolah lanjutan yang bonafid. Ya, seperti SMAN 13 Jakarta Utara, SMA Dwiwarna, Madrasah Aliyah Program Khusus(MAPK), MAN Insan Cendikia (MAN IC), MAN 1 Ciamis Program Keagamaan dan MAN IC lainnya yang tersebar di Nusantara ini.

Banyak dari alumni MTsN 5 Jakarta yang tembus kuliah ke luar negeri. Di antaranya yang kemarin mendatangi penulis di madrasah, beliau tembus ke universitas di Cina mengambil kedokteran. Ada juga yang tahun ini lulus di universitas Jepang. Beliau bernama Ita Nurjanah. 

Melihat prestasi siswa-siswi berprestasi merupakan kebanggaan tersendiri bagi MTs N 5 Jakarta, walau lokasi di pinggiran Jakarta namun, bukan berarti madrasah pinggiran. Terbukti banyak para alumninya yang sukses melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Namun, untuk tahun belakangan ini, agak sedikit prihatin akibat sistim penerimaan siswa baru dengan sintem zonasi, afirmasi, prestasi, dan lainnya. Sistim sekarang tidak ada tes, baik akademik maupun tulis baca tulis Al Qur'an. Sehingga siswa yang masuk belum terlihat kualitasnya. Memang nilai-nilai hasil raport mereka tinggi-tinggi. Namun, nilai itu tidak sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki. Ibarat jauh panggang dari bara api. Hampir semua sekolah sebelumnya memberikan nilai jor-joran. Juga ditemukan banyak para siswa yang buta terhadap baca tulis Al Qur'an.

Ini merupakan pekerjaan rumah yang ekstra super bagi madrasah. Para wakil harus aktif dan kreatif membuat program-program untuk meningkatkan kualitas para siswa, baik berkaitan dengan program akademik maupun pembentukan karakter.

Itulah kenyataan yang terjadi, pihak madrasah harus menerimanya. Mungkin hal ini sebagai ladang jihad untuk para guru dalam membina para siswa.

Walau demikian tentunya masih ada siswa dan siswi yang berprestasi. Terbukti hampir setiap event lomba madrasah selalu mengirim duta-dutanya untuk berkompetisi. Terbukti para duta mampu mengukir prestasi.

Cakung, 03 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun