Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Sebuah Pensil

24 Juli 2023   06:28 Diperbarui: 24 Juli 2023   15:00 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari Sebuah Pensil

Cing Ato

#SarapanPagidenganMenulis

Siapa yang tak kenal dengan pensil. Semua orang pasti kenal dengannya. Bahkan, mereka yang tidak pernah makan bangku sekolahan pun kenal yang namanya pensil.

Coba lihat pensil! Pensil tidak akan bernilai guna, jika tidak ditajamkan. Agar pensil itu mempunyai nilai guna harus ditajamkan terlebih dahulu. Andaikan saja pensil benda yang bernyawa. Pasti pensil akan merasakan betapa sakitnya, ketika ditajamkan. Berulang kali ditajamkan, berulang kali pula sakit yang dirasakan.

Begitu juga dalam kehidupan yang kita jalani. Untuk mencapai sukses butuh penajam. Karena kita makhluk bernyawa pasti merasakan sakit. Sudah dipastikan, ketika kita ingin menuju atau menggapai sebuah kesuksesan ada saja nada-nada sumbang yang berusaha menumbangkan. Entah berbentuk nyinyiran, bullying, dan atau fitnahan. 

Mungkin, kita bisa berkaca kepada apa yang terjadi pada diri Anies Rasyid Baswedan seorang Gubernur DKI Jakarta. Bagaimana beliau mendapatkan gempuran dalam berbagai bentuk dan arah oleh lawan politiknya atau orang yang tidak suka kepadanya, ketika beliau sedang menjalankan tugas sebagai seorang Gubernur.

Sakitkah beliau? Pasti merasakan sakit, hal itu manusiawi. Namun, beliau menyikapi dengan tenang dan tetap fokus kepada tugas yang sedang diembannya. Semakin tinggi kualitas fitnahan terhadap beliau, semakin tinggi elektabilitasnya. Ada istilah yang viral berkaitan dengan beliau. "Dipuji tidak terbang, di-bully tidak tumbang."

Kembali kepada pensil. Menajamkan pensil butuh berkali-kali untuk sampai menjadi tajam. Begitu juga dengan apa yang dialami orang yang ingin sukses. Maka itu, jangan terlalu kaget jika, suatu saat kita akan menjumpainya.

Terus bagaimana cara menyikapinya?

Mungkin kita belajar kepada seorang guru dalam membuat soal. Setiap guru membuat soal, pasti guru sudah membuat jawabannya. Begitu juga dengan yang namanya masalah, pasti ada solusinya atau jalan keluarnya. .

Ada beberapa cara untuk menyikapi berkaitan dengan penajam/ ujian kesuksesan. Di antaranya, yaitu:

Pertama, berdiam diri. Artinya, tidak perlu dibalas dengan sesuatu yang sama. Seperti, cacian balas cacian, nyinyiran balas dengan nyinyiran. Cukup diamkan saja, nanti juga si pem-bully capai dengan sendirinya.

Kedua, tetap fokus kepada apa yang kita sedang kerjakan. Kalau kita memakai peribahasa Indonesia "Anjing menggonggong kafilah berlalu" artinya, hiraukan apa yang mereka katakan kepada kita dan tetap fokus kepada tujuan yang hendak dicapai.

Ketiga, buktikan dengan karya nyata. Pem-bully akan bungkam dengan hasil nyata apa yang kita kerjakan. Ada yang menyatakan cukup untuk pem-bully "tampar mukanya" dengan sebuah karya.

Tentunya masih banyak lagi, silahkan pembaca menambahkan sendiri, sesuai pengalaman yang pernah dialami.

Demikian kesuksesan butuh penajam. Dengan adanya penajam mengajarkan kita untuk mempunyai mental yang kuat atau tahan banting dalam menjalani kehidupan ini. Karena hidup tidak selamanya lurus laksana mistar. Hidup itu berliku-liku, terkadang kita harus menuruni lembah, terkadang kita harus mendaki perbukitan, dan terkadang kita bisa tenggelam di tengah samudera kehidupan.

Semoga bermanfaat

Cakung, 24 Juli 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun