Banyak sudah jatuh kurban akibat perkembangan teknologi. Terutama teknologi smartphone yang mampu memalingkan orang untuk melakukan segala hal. Mereka sibuk bercengkrama dengan smartphone sehingga segala aktifitas yang mereka lakukan terganggu bahkan terhenti.
Para pelajar enggan untuk belajar, komunikasi terhenti, pekerjaan rumah terbengkalai, dan masih banyak efek negatif yang ditimbulkannya.Â
Butuh kerja keras bagi para pelajar untuk menaklukkan dirinya agar tidak terjebak pada serbuan-serbuan smartphone. Orang tua agak sedikit kewalahan begitu juga para guru. Memang serbuan smartphone agak sulit dikendalikan.Â
Bagaimana pun sulitnya, sebagai guru terus selalu mengingatkan kepada para siswa agar mampu mengendalikan penggunaan smartphone untuk hal-hal yang tidak urgen.
Tantangan setiap zaman memang selalu berbeda. Dahulu serbuan televisi yang membuat para siswa berlama-lama di depan televisi. Kini lebih para lagi dalam kondisi apapun bisa digunakan, sehingga kalau tak mampu mengendalikannya banyak waktu yang dibuang percuma.
Memang si teknologi bebas nilai, artinya tergantung siapa yang menggunakan. Kalau yang menggunakan orang baik teknologi akan menghasilkan yang baik pula. Sebaliknya, jika yang menggunakan tidak baik, teknologi menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Tugas guru hanya sebatas mengingatkan dan menjelaskan dampak positif dan negatif dari sebuah teknologi di sekolah. Selebihnya berpulang kepada para siswa itu sendiri. Mampukah para siswa untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan prestasi belajar. Atau sebaliknya terjerumus ke dalam suguhan-suguhan smartphone.
Penulis sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi guru. Maka itu, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik para siswa, walaupun kondisi penulis masih dalam keterbatasan.
Cakung, 25 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H