Dalam mengarungi hidup ini tidak semudah apa yang kita bayangkan, ada lika-liku yang akan kita temukan dan hadapi. Suara-suara kehidupan banyak sedikitnya akan merasuki alam pikiran kita, hingga mengganggu alam pikir kita. Banyak di antara kita yang terjebak dalam kubangan bisikan tersebut hingga kepercayaan diri mengalami pasang surut. Kenapa hal ini terjadi? Karena kita tidak punya prinsip hidup, kita melakukan sesuatu bukan mengikuti kata hati kita, tapi kita mengikuti bisikan-bisikan di luar sana, alias tidak punya sikap teguh pendirian.
      Mari kita baca cerita ini! Ada dua orang manusia, yaitu seorang anak dan seorang bapak, serta satu ekor keledai. Suatu hari mereka pergi menelusuri sebuah perkampungan. Si anak naik keledai sementara si bapak berjalan kaki sambil memegang tali pengikat keledai, di pertengahan jalan ada seorang berkata.
      "Dasar anak tidak tahu diri, bapaknya jalan kaki memegang tali, sementara dia enak-enakan duduk di atas keledai." Cetus orang yang melihatnya.
      "Iya, betul juga. Kenapa bukan bapakku yang menaiki keledainya? Pikir si anak.
Tanpa banyak bicara, si anak turun dan mempersilakan bapaknya menaiki keledai.
      "Bapak, silahkan naik sepertinya bapak yang lebih pantas naik keledai dari pada aku." Pinta si anak.
      Lalu si bapak naik, sementara si anak berjalan sambil memegang tali pengikat keledai. Terus mereka berjalan, ketika mereka melewati perkampungan yang lain. Mereka berpapasan dengan seseorang.
      "Hai, orang tua. Kamu tidak punya pikiran ya, anak kamu berjalan, sementara kamu dengan asiknya duduk di atas keledai, orang tua macam apa pula kamu." Ucap seseorang sambil menyindir.Â
      Akhirnya si bapak dan si anak naik berduaan, mereka terus berjalan, ketika sampai di pinggir kampung bertemu dengan seseorang lainnya.
      "Kalian gila ya, keledai sekecil itu kamu naikkan berdua, bisa mati tuh keledai" tegur orang tersebut.
      Tanpa pikir lagi, si bapak dan si anak turun dari keledainya, mereka akhirnya tidak menaiki keledai tersebut, mereka berjalan terus sampai perkampungan ketiga, mereka berpapasan lagi dengan seseorang lainya lagi.
      "Hai, mau ke mana kalian? Kenapa berjalan kaki, buat apa keledai dibawa?" Ucap orang di jalan.
      Dari cerita di atas tentang orang yang tidak mempunyai prinsip atau mudah terprovokasi bisikan orang lain, dapat kita ambil sebagai sebuah pelajaran hidup tentang bagaimana kita harus mempunyai keyakinan terhadap diri. Selanjutnya kita pegang erat-erat keyakinan tersebut agar kita tidak terpengaruh oleh suara-suara bisikan di sekitar kita.
      Teguh pendirian adalah kunci kesuksesan hidup. Teguh pendirian harus terpatri dalam setiap jiwa manusia agar tidak terombang-ambing dalam mejalani kehidupan ini. Hidup ini tidak lurus, dia berliku-liku, kadang menuruni lembah, kadang mendaki gunung. Hidup ini laksana pohon semakin tinggi semakin kencang angin menerpa. Oleh karena itu dibutuhkan keteguhan dalam diri untuk menangkal semua terpaan-terpaan suara kehidupan.
Makna Teguh Pendirian
      Teguh pendirian dua kata yang mempunyai pengertian masing-masing. Teguh berarti kukuh kuat, kuat berpegang, tetap tidak berubah. Sedang pendirian berarti proses, cara, perbuatan mendirikan, pendapat (keyakinan) yang dipakai tumpuan untuk memandang atau mempertimbangkan sesuatu.-KBBI.
      Di dalam Islam teguh pendirian disebut dengan istilah Istikamah, yang berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Adapun menurut istilah, istikamah adalah tetap dalam pendirian, yaitu ketetapan hati untuk selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun, dan terus-menerus menggiatkan usahanya untuk mencapai cita-citanya. Dalam Islam, istikamah secara spesifik adalah sebuah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah, dan akhlak. Pengertian ini didasarkan pada ayat al-Qur'an yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istikamah)', maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih." (QS. Fussilat:30). -- Dahlan, Abdul azis.
      Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teguh pendirian adalah suatu sikap yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan keyakinan yang menurut dia benar adanya dan dia komitmen atau konsisten pada apa yang dia yakini.
Â
Jurus Membangun Pribadi Teguh Pendirian
      Hidup ini unik, banyak permasalahan yang akan mengelilingi kita. Hidup ini tidak seindah yang kita bayangkan. Hidup ini berliku-liku tidak lurus. Apa yang menurut kita bagus belum tentu bagus menurut orang lain. Terkadang kesuksesan kita tak semua orang senang, bahkan terkadang bukan pujian yang kita dapat, tetapi cibiran yang kita dapat. Itulah kehidupan, kita harus mempunyai ketuguhan hati untuk menghadapinya. Ada beberapa jurus untuk membangun pribadi teguh pendirian, di antaranya adalah:
Pertama, percaya diri. Percaya diri merupakan modal pertama dan utama dalam memotivasi diri menjadi insan yang kuat dalam menghadapi ganasnya kehidupan di dunia yang fana ini. Kepercayaan yang tinggi mampu menghalau rintangan yang menghadang ketika kita melakukan sesuatu yang kita tuju. Kepercayaan yang tinggi laksana batu karang di lautan, kokoh, kuat menghadapi gempuran-gempuran hempasan ombak yang terus menerus menerjang. Kepercayaan yang tinggi tidak membuat kita surut ke belakang, maju terus walau panas terik matahari membakar dan walau hujan mengguyur. Tentunya kepercayaan diri sudah terbekali pengetahuan yang mumpuni dan latihan yang maksimal.
Kedua, abaikan perkataan orang lain. Dalam melakukan aktifitas sehari-hari kita butuh ketegaran atau keteguhan hati, karena di dalam perjalanan banyak duri-duri kehidupan yang siap menusuk kita. Penulis teringat perkataan seorang narasumber ketika mengikuti pelatihan menulis, beliau mengatakan"Apa yang kita lakukan belum tentu semua orang menyukai, benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain." Benar saja apa yang diungkapkan  narasumber kepada penulis. Ketika penulis memposting apa yang penulis lakukan tidak semua sahabat penulis memberikan apresiasi terhadap apa yang penulis lakukan, ada sebagian kecil yang tidak senang bahkan mencibir sebagai bentuk ketidaksukaannya terhadap apa yang penulis peroleh dan lakukan. Penulis biarkan saja sebagaimana ungkapan peribahasa Indonesia "Anjing menggongong kafilah berlalu". Penulis terus berusaha tegar dan terus berkarya. Dan buku yang ada di hadapan Anda adalah karya ketiga penulis. Oleh karena itu jangan surut karena dihina dan dicibir, karena itu bumbu-bumbu penyedap dalam mencapai kesuksesan.
Ketiga, tetap pada pendirian. Ada sebuah cerita anekdok tentang segerombolan katak mengikuti perlombaan menaiki sebuah menara. Ketika perlombaan hendak dimulai banyak suara-suara sumbang yang sampai ke telinganya: cibiran, hinaan, ejekan, perkataan merendahkan, dan perkataan menjatuhkan bertubi-tubi menyerang katak tersebut. Di antara perkataannya "Mana mungkin kamu berhasil, kamu punya modal apa berani bertarung?" Ya, itu di antara sejuta cibiran. Tetapi semua cibiran dia tidak perhatikan bahkan dia tidak terpancing emosi oleh cibiran tersebut, dia terus mengikuti perlombaan, lompatan-demi lompatan dia lakukan, hingga akhirnya dia mencapai garis finish dan menjadi sang juara. Usut-punya usut  ternyata katak itu tuli hingga dia tidak mendengar apa yang orang katakan. Kita ambil pelajaran dari kisah katak tersebut. Jangan terpancing emosi atas hinaan dan cibiran yang dilontarkan orang yang tidak senang terhadap kita, selama apa yang kita lakukan adalah sebuah kebenaran.
Keempat, tetap tegar. Komitmen dan konsisten dalam bersikap kunci sebuah keteguhan diri walaupun hukuman datang bertubi-tubi. Banyak cerita orang-orang yang berpegang teguh dalam mempertahankan keyakinan, mereka tidak goyah sedikitpun walau hukuman dan siksaan menerpa dirinya. Mungkin kita pernah dengar kisah Siti Masitoh, tukang sisir putri raja Fir'aun yang direbus hidup-hidup bersama keempat anaknya dalam mempertahan sebuah keyakinan kepada Allah, Bilal bin Rabah seorang budak yang dijemur di padang pasir di bawah panasnya terik matahari dan dadanya ditindih batu besar dalam mempertahankan keyakinan kepada Allah, Imam Ibnu Hambal beliau disiksa oleh penguasa yang tidak sepaham dengannya, beliau dihukum dan disiksa dalam mempertahankan sebuah keyakinan terhadap kebenaran, Umar Mukhtar mujahid dari Libia beliau dihukum gantung oleh penjajah bangsa Italia karena mempertahankan sebuah keyakinan akan kebenaran, Dan masih banyak contoh tentang keteguhan diri lainya. Mereka tidak menjadi lemah, lesuh dan menyerah lantaran siksaan-siksaan datang bertubi-tubi. Tetapi, mereka menjadi kuat karena mereka mempunyai akses langsung dengan Allah dan mereka senantiasa tegar. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah SWT:
      "Tidak ada doa mereka selaian ucapan, Ya, tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat"(QS. Ali Imran: 147-148).
Kelima, sabar. Sabar adalah salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan segala hal, begitu juga dalam mempetahankan ketugahan diri, ketiadaannya sulit seseorang melakukan keteguhan diri. Dari empat jurus di atas kuncinya ada dijurus kelima ini. Tidak ada ketegaran, keteguhan, kekuatan tanpa kesabaran. Keteguhan diri bukan hal yang mudah, banyak orang berguguran, surut ke belakang, lelah, putus asa dalam menghadapi berbagai macam kendala yang dihadapinya. Dalam banyak kasus, awalnya kita mungkin begitu semangat, seminggu kemudian, semangat itu hilang entah ke mana. Mempertahankan teguh pendirian harus menpunyai super ekstra kesabaran. Orang-orang besar yang terlahir ke dunia ini, adalah mereka yang mempunyai kesabaran tingkat tinggi.
Allah SWT, berfirman:
      "Dan beberapa banyak nabi dalam berperang bersama-sama pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka, tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar."(QS. Ali Imran: 146).
      Demikianlah, jika ada kepercayaan diri, mengabaikan perkataan orang lain, jangan terbawa emosi, tidak goyah dan sabar dalam menjalankan hidup ini. Kita akan mampu menjadi insan yang teguh pendirian , laksana batu karang di lautan, dia kokoh, kuat walau ada hantaman ombak bertubi-tubi dari berbagai  arah, laksana ikan di lautan, dia tetap tawar walaupun di kelilingi air asin, laksana burung elang, dia terbang bebas mengepak sayapnya ke mana saja dia mau tanpa memperdulikan yang lain.  Dan ingat jangan jadikan hidup kita laksana air di daun talas, yang mudah terombang-ambing.
      Jalani hidup apa kata hati kita, tanpa peduli apa kata orang. Orang lain hanya pandai melihat dan bercakap, sementara kita lebih tahu dan merasakan apa yang terjadi pada diri kita. Teguh Pendirian itu harus ada pada setiap kita, jika kita tidak mau diombang-ambingkan dalam kehidupan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H