Misal, Â
-Setiap habis salat Magrib membaca buku bermutu sebanyak 5 halaman di rumah.
-Setiap pagi sebelum jam masuk kantor membaca Al-Qur'an sebanyak 2 halaman.
- Setiap waktu istirahat kantor menulis artikel sebanyak 500 kata setiap hari.
- Sebelum pulang kantor mencoba jalan kaki mengelilingi halaman kantor sebanyak satu putaran setiap hari.
- dan lain-lain sebagainya.
Waktu penulis masih terbaring di tempat tidur karena penyakit GBS. Penulis membiasakan diri untuk menulis setiap hari selepas salat Subuh sampai tulisan itu selesai. Karena menulis setiap hari akhirnya mencapai ratusan artikel. Kemudian tulisan itu penulis himpun ke dalam beberapa buku.
Jadi penulis sudah mendata good habit ketika sakit, membuat target spesifik, dan terakhir membuat habit plan. Hingga sekarang kebiasaan menulis masih berlangsung hanya waktunya di rubah, karena sudah aktif kerja.
Prof. Peter Gollwizer dalam Yodhia Antariksa mengatakan alasan kenapa habit plan yang spesifik akan lebih mendorong kita untuk benar-benar merealisasikannya adalah karena rencana tindakan yang spesifik membuat kita jadi paham apa yang benar-benar harus dilakukan.Â
Perencanaan yang jelas akan memudahkan kita untuk melakukan hal-hal kebiasaan yang baru. Tidak ada lagi kebingungan untuk melakukan, karena sudah terencana kapan, di mana, dan dalam situasi seperti apa kita akan mengeksekusinya.
Demikian bagaimana gambaran untuk membangun kebiasaan baru agar mudah terlaksana dengan baik. Setidaknya ada tiga langkah, yaitu: mendata good habit, membuat target spesifik, dan membuat perencanaan yang jelas berkaitan dengan waktu, tempat, dan situasi sekitarnya.