Mengenai bidang kreatif & budaya, tentu tak lepas dari sejarah industri kreatif itu sendiri sebagai awal dari jejak langkah. Hingga akhirnya, dalam industri kreatif tercipta kolaborasi antara budaya dan teknologi. Sejarah industri kreatif berawal dari keterpurukan perekonomian di negara Inggris sekitar tahun 1990-an. Pada saat itu seorang Tony Blair menyalonkan diri sebagai Perdana Menteri. Kemudian, ia menawarkan sebuah gagasan yang berupa pendanaan untuk mengembangkan bakat-bakat masyarakat di Inggris. Setelah Tony Blair dinyatakan menang dalam pemilihan umum tahun 1997, Department Creative, Media, and Sports membentuk Creative Industri Task Force yang diperuntukan kepada masyarakat Inggris dalam meningkatkan kesadaran perihal peran penting industri kreatif pada pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, muncul berbagai macam penjabaran serta definisi tentang industri kreatif. Salah satunya lamanwww.sampoernauniversity.ac.id yang menjelaskan bahwa industri kreatif adalah suatu kegiatan perekonomian yang dibuat dari hasil ide, kemampuan, dan kreativitas dari seseorang atau bisa dibilang industri kreatif ini adalah proses memproduksi barang atau jasa dengan melalui proses kreatif di dalamnya.
Oleh karena itu, saya sebagai seorang yang bekerja di industri kreatif, terutama di subsektor penerbitan buku memang sudah seharusnya untuk selalu memacu diri dalam berpikir kreatif agar dapat menelurkan ide-ide yang cemerlang guna menghasilkan sumbangsih karya pada buku yang akan diterbitkan. Ide-ide yang cemerlang ini tentu tidak akan saya dapatkan jika saya hanya berdiam diri; tidak berpikir maupun bergerak.
Dalam menelurkan ide-ide, tentu saja memerlukan yang namanya inspirasi. Lalu, bagaimana caranya menemukan inspirasi? Perlu kita ketahui bahwa untuk saat ini menemukan inspirasi itu begitu mudah, cepat, bahkan dunia serasa ada dalam genggaman. Seperti tagline-nya Telkom Indonesia, “The world in your hand.” Mau tahukah caranya? Yap, Salah satu cara untuk menemukan inspirasi dengan mudah dan cepat yaitu dengan menggunakan internet!
Internet pada zaman sekarang sangat mudah dan fleksibel untuk diakses. Apalagi jika fitur-fitur canggih dan lengkap di smartphone sangat mendukung untuk aktivitas dengan mobilitas yang tinggi. Ditambah lagi jika menggunakan IndiHome yang merupakan internetnya Indonesia. Selain itu, IndiHome kerapkali memberi penawaran promo atau reward menarik kepada para pelanggannya. Dengan Indihome kita bisa melakukan aktivitas tanpa batas.
Tidak seperti kali pertama saya mengenal internet. Saat itu saya duduk di bangku kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diperkirakan sekitar tahun 2009. Tahun yang mana warnet belum masuk ke desa yang saya tinggali, ponsel masih jadul (no internet), ketika saya ingin mengakses internet dengan mudah dan nyaman mau-tidak mau harus menempuh jarak yang jauh menuju warnet yang berada di kota.
Bagi saya, internet itu bagaikan pintu kemana saja. Karena dengan internet, saya dapat menjelajah banyak hal yang belum saya ketahui sebelumnya. Bahkan, internet dapat mematahkan sesuatu yang awalnya tidak mungkin menjadi mungkin, yang awalnya hanya angan-angan belaka tidak dinyana menjadi hal yang nyata.
Seperti ketika saya belajar dan meneroka membuat kerajinan tangan dari kain flanel pada tahun 2012. Kala itu ponsel saya masih belum canggih dari segi kualitas kamera maupun penyimpanan. Namun, ponsel saya dapat mengakses jaringan internet. Saat belajar membuat hasta karya dari kain flannel, saya hanya cukup membuka browser di ponsel, lalu berselancar mencari cara membuatnya dengan timeline yang begitu singkat. Dengan kata lain, tidak perlu bersusah payah menempuh jarak ke warnet, perpustakaan, atau ke toko buku hanya untuk mencari tahu cara membuat kerajinan tangan dari kain flannel.
Dengan berbagai inspirasi yang saya dapatkan, saya pun mencoba mengkreasikan batik sebagai budaya Indonesia, lalu dipadupadankan dengan kain flannel dalam sebuah hasta karya berupa gantungan kunci dan pin jilbab. Kemudian, ketika sudah cukup layak hasil tangan saya dan memilliki nilai untuk dijual, saya pun memberanikan diri untuk menerima pesanan.
Saya masih ingat betul, pada saat itu paket data sebesar 1 giga byte dapat bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Oleh karena itu, saya seperti candu dengan informasi yang saya dapatkan dari internet pada setiap detiknya. Apalagi jika berkaitan dengan hal-hal yang mengasah kreativitas dan tentang budaya/culture yang belum saya ketahui sebelumnya.
Tentu berbeda kondisinya dengan saat ini yang mana perlu bergiga-giga agar paket data dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Karena hal ini disebabkan adanya perkembangan teknologi pada pemutakhiran generasi yang berkaitan dengan kecepatan transmisi data.
Selain itu, manfaat internet yang saya rasakan bukan hanya mengasah atau meningkatkan kreativitas saya dalam membuat kerajinan dari kain flannel, melainkan juga saya dapat belajar dan mengeksplorasi dalam menggunakan perangkat lunak berbasis vektor dan rusher di notebook semasa saya duduk di kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekarang, hingga saya beralih ke komputer dekstop pun masih terus belajar dan mengasah kreativitas karena tuntutan pekerjaan sebagai konseptor di subsektor industri kreatif yang saya geluti: penerbitan.
Sungguh tidak terhitung manfaat internet yang saya rasakan selama ini di bidang creative & culture. Saya tidak tahu akan seperti apa perkembangan internet untuk ke depannya. Apakah akan ada kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan khusus untuk penggunaan internet, apakah akan lebih cepat lagi daripada hari ini, atau bahkan apakah akan ada hal-hal yang terjadi di luar nalar. Saya tidak tahu. Saya hanya bisa berharap, semoga perkembangan internet dapat mendatangkan kebaikan yang lebih banyak lagi di kemudian hari.
Editor & Penulis: Suhartanti
Daftar Pustaka:
https://sis. Binus.ac.id/2018/03/09/perkembangan teknologi-1g-2g-3g-3-5g-4g-dan-5g/ diakses pada tanggal 13 Juli 2022 pukul 18.02 WIB
https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/industri-kreatif-adalah/ diakses pada tanggal 15 Juli 2022 pukul 20.28 WIB
https://ittelkom-jkt.ac.id/sejarah-industri-kreatif dan perkembangan-di-indonesia/ diakses pada tanggal 17 Juli 2022 pukul 00.22 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H