Karakter pantang menyerah ini tercermin dari jawaban yang dikemukakannya saat teman-temannya menyuruhnya untuk berhenti bereksperimen karena selalu gagal, Thomas Alfa Edison menyatakan “aku tidak pernah merasa gagal tetapi aku menemukan 1000 cara yang belum tepat”. Jawaban yang mencerminkan pribadi yang ulet, gigih, optimis, dan pantang menyerah.
Kisah lain adalah seorang penggembala yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW. Penggembala tersebut dibujuk untuk menjual satu ekor kambing milik majikannya yang sedang digembalakannya tetapi penggembala itu kokoh dalam kejujurannya tidak mau menjualnya meski majikannya tidak mengetahuinya. Penggembala itu menyatakan “Majikanku memang tidak tahu jika aku menjual satu ekor saja kambing yang aku gembalakan, lalu di mana Allah, apakah Dia juga tidak mengetahuinya?”, sebuah pernyataan yang mencerminkan karakter jujur dan religius yang kokoh, teguh berpegang pada nilai kebajikan. Karakter yang ditempa oleh proses menuntun yang sukses membut seorang anak menemukan nilai dirinya.
Ribuan kisah inspiratif hasil dari pendidikan dan proses menuntun hingga menemukan jati diri tersaji bagaikan mutiara penuh hikmah. Sebagai contoh anak yang “nakal” tetapi unggul dalam hal kepedulian yang ringan membantu tanpa diminta, atau anak yang terlihat “bodoh” di kelas tetapi unggul dalam karakter santun yang ditunjukkannya. Dan berbagai karakter baik lainnya yang ada pada anak-anak.
Lalu, mengapa menjadi guru? hati kita, seorang guru, yang akan menjawabnya karena sejatinya setiap kita adalah guru atau pendidik, baik untuk keluarga maupun untuk orang di sekeliling kita. Sebuah renungan untuk diri sendiri dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI