Mohon tunggu...
suharni
suharni Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 Negerikaton

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran Kimia Masih Menjadi Momok?

9 Oktober 2022   12:45 Diperbarui: 9 Oktober 2022   12:52 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajaran Kimia Masih Menjadi Momok?

By Suharni

Berbicara tentang pelajaran  kimia, adalah pelajaran baru bagi siswa/i yang memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Di tingkat pendidikan SD maupun SMP, masih menyatu pada pelajaran IPA. Meski begitu, sering di singgung materi-materi yang berkaitan dengan ilmu kimia.

Ilmu kimia sendiri sebenarnya sangat berkaitan bahkan tak terpisahkan dari pelajaran IPA yang lainnya semisal fisika ataupun biologi. Namun secara khusus, baru di pelajari di tingkat SMA dan sederajat. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi tenaga pendidik khususnya guru kimia untuk dapat mengenalkan ilmu kimia secara menarik dan menyenangkan.

Berbagai upaya di lakukan oleh guru-guru kimia, termasuk upaya meningkatkan kompetensi guru-guru kimia. Salah satu upaya tersebut adalah adanya pertemuan guru-guru kimia di suatu wilayah. Meski pertemuan seperti itu tidak hanya di lakukan oleh guru-guru kimia. Tapi juga seluruh mata pelajaran, mempunyai program yang sama yaitu mengadakan pertemuan secara berkala.

Pertemuan tersebut, tentu menjadi kesempatan yang baik untuk membahas berbagai hal. Dari hal administratif seperti pembuatan perangkat pembelajaran, ataupun pembuatan soal ujian. Tak hanya melulu membahas administratif, namun juga dimanfaatkan untuk saling berbagi pengalaman sesama guru kimia. Terutama berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran kimia di kelas.

Seorang nara sumber di sebuah acara pertemuan guru kimia, menyampaikan bahwa hingga saat ini pelajaran kimia masih menjadi momok. Mengapa? Hal ini tentu banyak faktor yang mempengaruhinya. Kesulitan dalam memahami materi kimia, metode pembelajaran yang perlu variatif, menjadi hal-hal yang umum terjadi. Hal ini dapat di maklumi, karena sifat ilmu kimia yang abstrak.

Kesimpulan akhir dari pertemuan tersebut, bahwa guru kimia harus terus meningkatkan kompetensinya. Memvariasikan metode pembelajarannya di kelas. Sekaligus penting sekali untuk memberikan pemahaman akan manfaat ilmu kimia dalam kehidupan. Memberikan contoh real dalam kehidupan untuk menyampaikan materi kimia.

Banyak fenomena kehidupan yang sesungguhnya membutuhkan pemahaman konsep kimia. Dalam dunia peternakan misalnya, pakan ternak bisa menggunakan pakan yang di fermentasi.

Pada fermentasi pakan ternak, biasanya di tambahkan suatu cairan yaitu EM4 untuk mempercepat proses fermentasinya. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep katalis. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Katalis berfungsi mempercepat laju reaksi.

 Tanpa di tambahkan katalis ini, fermentasi tetap akan berjalan, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan penambahan katalis ini, waktu yang diperlukan untuk proses fermentasi menjadi lebih pendek. Sehingga waktu dapat lebih efektif dan efisien.

Contoh lain adalah kembang api, yang dapat menghasilkan aneka warna. Hal ini dapat di jelaskan dengan konsep kimia unsur. Di mana, beberapa unsur, akan menghasilkan warna nyala yang khas. Seperti aluminium(Al) akan menghasilkan warna perak dan putih kerlap kerlip.

 Barium (Ba) akan menghasilkan warna hijau, tembaga (Cu) menghasilkan warna biru. Magnesium (Mg) menghasilkan warna warna putih terang, natrium (Na) menghasilkan warna kuning, dan berbagai unsur lainnya dengan warna khas yang berbeda.

Meski demikian, tentu konsep kimia juga ada yang membutuhkan penalaranan secara ekstra untuk memahaminya. Namun, terlepas dari itu, menjadi tantangan bagi guru-guru kimia untuk dapat menghadirkan penjelasan konsep kimia yang mudah di pahami. Begitupun kemampuan guru kimia harus terus ditingkatkan.

Kimia masih menjadi momok? Tentu menjadi PR bersama untuk menjawabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun