Mohon tunggu...
Dwi Fajar Suharjuly
Dwi Fajar Suharjuly Mohon Tunggu... -

Hanya gadis sederhana dengan mimpi-mimpi luar biasanya. Dapat dihubungi di twitter @suharjuly

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyulam Rindu dalam Mimpi

17 Desember 2013   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:50 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

lamunanku buyar oleh dering hp-ku. tertulis di layar, 1 pesan baru diterima. pesan dari nomor yang tak dikenal. aku penasaran, akhirnya kuputuskan untuk segera membuka isi pesan tersebut.


"hi, kau masih ingat aku? salah seorang teman yang sudah terlalu lama kau lupakan."


apa ini?

aku memilih untuk tidak menanggapi pesan tersebut. beberapa menit kemudian, kembali 1 pesan baru diterima. masih sama, dari nomor yang tak dikenal tadi.


"jadi, kau benar-benar sudah lupa? aku bahkan tak menyangka kau akan lebih pikun dari usiamu."


perlahan aku mulai risih dengan pesan-pesan tersebut. tapi, aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak menanggapi si nomor tak dikenal itu. aku lihat jarum jam di dinding sudah menunjuk pukul 12 malam. yang benar saja, siapa orang yang tak tahu malu mengganggu di jam-jam seperti ini.


tiba-tiba hp-ku kembali berdering. kali ini berupa panggilan tak terjawab, nomor yang sama. aku merasa semakin terganggu, tapi aku semakin malas untuk menanggapi pesan-pesan dari orang tersebut. orang yang entah kukenal atau tidak.


tak puas, si nomor tak dikenal kembali mengirimiku pesan. kali ini isi pesannya lebih panjang, tapi masih tetap menjengkelkan.


"kau terlalu mudah tertipu oleh otakmu. atau mungkin kau memang terlalu angkuh untuk mengakui bahwa aku masih ada di pikiranmu. jangan berpaling dari takdir sebab takdir akan semakin menguasaimu saat kau menjauh darinya. mungkin bukan hari ini, atau besok, atau lusa, kau akan ingat siapa aku. ah, atau jangan-jangan kau justru putus asa menemukan waktu yang tepat untuk benar-benar bisa melupakan aku. akui saja. aku tahu itu adalah kau."


siapa ini?

aku semakin gelisah saja dengan pesan-pesan yang dikirim olehnya. seperti ia sudah sangat lama mengenalku. apa aku mengenalnya? entahlah. tapi, pesan terakhirnya itu seperti tiba-tiba menetap di kepalaku. terngiang-ngiang, terus.


tak ada pesan ataupun panggilan tak terjawab lagi dari si nomor tak dikenal itu. aku yang seharusnya lega kini semakin resah. entah, perasaan apa ini. seperti tiba-tiba ada pengakuan kecil yang ingin keluar dari dalam diri. tapi, apa dan kenapa? aku tak merasa perlu sebuah pengakuan hari ini, kemarin, ataupun besok. tapi, ah, masih terus terngiang.


dering hp-ku mengagetkan aku. kali ini bukan tentang pesan ataupun panggilan tak terjawab, melainkan alarm pertanda pukul 5 pagi. kuraih hp-ku yang terletak tak jauh dariku, tak ada pesan, tak ada panggilan tak terjawab. ah, lalu si nomor tak dikenal, pesan-pesan menjengkelkan itu?


kulihat kalender yang terletak di meja dekat tempat tidurku. terlihat angka 23 Maret sempurna dengan lingkaran pena merah. ah, aku ingat!


selamat ulangtahun, kau. aku tahu semalam kau datang lagi, kan?


kau benar, aku bahkan belum bisa menyulam mimpi selain tentangmu. lalu, bagaimana bisa aku lupa padamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun